Nasional

KNKT: 90 Persen Kecelakaan Bus dan Truk Terjadi di Jalan Menurun

apahabar.com, JAKARTA – Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan. mengatakan hampir 90 persen…

Featured-Image
Petugas Basarnas mengevakuasi korban kecelakaan truk di Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/9/2021). Kecelakaan truk bermuatan semen cair tersebut diduga karena gagalnya fungsi pengereman hingga mengakibatkan dua orang meninggal. Foto-Antara/Raisan Al Farisi/rwa

bakabar.com, JAKARTA – Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan. mengatakan hampir 90 persen kecelakaan bus dan truk terjadi di jalan menurun dan sebagian besar pengemudi dalam kecelakaan itu mengabaikan teknik pengereman yang benar.

​​”Saya beritahu, hampir 90 persen lebih kecelakaan bus dan truk [karena] rem blong terjadi di jalanan menurun dan semuanya terjadi karena pengemudi mengabaikan teknik pengereman,” tegas Achmad Wildan di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (27/1) dilansir Antara.

Achmad Wildan menegaskan betapa pentingnya para pengemudi untuk mengetahui teknik pengereman yang benar dan baik dalam segala kondisi jalan yang dilalui.

Wildan juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan teknik mengerem pada permukaan datar dengan di jalan menurun. Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin, sementara di jalan menurun gerakan kendaraan dipengaruhi daya gravitasi.

“Ketika kita mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, maka putaran mesin menurun, berhenti, selesai. Tidak demikian halnya pada saat jalan menurun. Kita ‘ngerem’ dengan pedal, kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itu akan didorong lagi oleh daya gravitasi. Artinya itu nggak akan selesai,” kata Wildan.

Jadi, katanya, kalau mengerem di jalan datar gunakanlah service brake atau rem pedal, tapi ketika di jalan menurun gunakanlah auxiliary brake (rem tambahan yang digunakan dengan kombinasi rem biasa pada truk atau kendaraan berat). “Bentuknya apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada namanya retarder yang terbaru,” tambah Wildan.

Ketika para pengemudi sudah mengabaikan hal itu, besar kemungkinan mereka akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, kendaraan akan mengalami brake fading (daya cengkram kampas rem berkurang karena panas atau pemakaian berulang atau dalam kondisi kecepatan tinggi), angin tekor dan juga vapor lock (minyak rem terlalu panas sehingga mengurangi kemampuan rem).

Ketika kendaraan yang digunakan mengalami brake fading atau kampasnya panas, maka kampas rem pada kendaraan itu akan menjadi licin dan kemungkinan roda akan tetap berputar.

“Ketika saya tanya pengemudinya apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar saya bisa simpulkan bahwa mobil itu mengalami brake fading. Contohnya itu kecelakaan bus Padma di Sumedang,” kata Wildan.

Berbeda hal nya ketika kendaraan mengalami kejadian rem angin tekor, kejadian ini akan membuat rem terasa lebih berat ketika hendak akan diinjak untuk melakukan pengereman.

“Yang kedua angin tekor, yang dirasakan pengemudi apa? Pedalnya mbagel, keras, nggak bisa diinjak. Contohnya di mana? Di FO [Flyover] Kretek sama di bus Purnamasari, karena tekanan anginnya di bawah 6 bar,” kata Wildan.

“Yang ketiga vapor lock, yaitu minyak remnya mendidih karena kandungan airnya dalam minyak rem sangat tinggi. Contohnya di Cikidang,” tambah Wildan.

Komentar
Banner
Banner