Hiburan

Ketika Primitive Monkey Noose Mengguncang Panggung Dangdut di Pagatan, Kada Kawa Ae!

Di tengah kehadiran bintang tamu yang tak menarik dan dangdut oriented, penampilan Primitive Monkey Noose pada Pesta Adat Mappanre Ri Tasi E pada Sabtu (27/5) m

Featured-Image
Primitive Monkey Noose di event Mappanre Ri Tasi E Pagatan, Tanah Bumbu. Foto-PMN for apahabar

bakabar.com, BATULICIN - Di tengah suasana dangdut oriented dan kehadiran bintang tamu yang tak menarik, penampilan Primitive Monkey Noose pada Pesta Adat Mappanre Ri Tasi E pada Sabtu (27/5) malam, cukup bisa membawa kesegaran sekaligus kebahagiaan. 

Di atas panggung berukuran besar, Primitive Monkey Noose tampil pede membawakan sebagian besar lagu ciptaan mereka sendiri. Berbeda dengan band-band lokal kebanyakan, mereka hanya memainkan satu lagu cover berjudul Mahadang Ading yang ditulis oleh seniman musik legendaris asal Pagatan, Fadly Zour. 

"Kada kawa ai, kada kawa kawan ai/Bini panyarikan, kada kawa kawan ae," teriak Richie Petroza, di hadapan puluhan ribu penonton.

Baca Juga: Primitive Monkey Noose Siap Menggebrak Pantai Pagatan Malam Ini!

Lagu berjudul "Kada Kawa Kawan Ae" ini menjadi salah satu highlight tadi malam. Selain karena liriknya yang menarik, notasi lagu ini punya kemampuan untuk menggenggam telinga siapa saja yang baru pertama kali mendengarkannya. Bahkan, emak-emak pun terpancing untuk ikut bernyanyi menirukan suara si vokalis yang sebenarnya biasa saja, kalau tak mau disebut pas-pasan. 

"Kada Kawa Kawan Ae" sejatinya baru akan dimasukkan di album kedua Primitive Monkey Noose yang dirilis pertengahan tahun nanti. Tapi dalam beberapa panggung lagu itu sudah beberapa kali dimainkan.

Baca Juga: Primitive Monkey Noose, Pionir Banjar Punk Gelar Mini Tur

Tampil full team, Richie (vokal), Arif (panting), Oveck (gitar 1), Ridho (gitar 2), Denny (bass) dan Juli (drumm), memainkan enam lagu plus satu lagu intro selama kurang lebih 45 menit. Penampilan Primitive Monkey Noose yang ciamik sekaligus membuktikan bahwa peforma mereka di atas panggung tampak tidak main-main, tak se-iseng saat pertama kali band ini dibentuk.

Primitive Monkey Noose di event Mappanre Ri Tasi E
Primitive Monkey Noose di event Mappanre Ri Tasi E Pagatan, Tanah Bumbu. Foto-apahabar/Puja Mandela

Saat turun panggung setelah sebelumnya menyelesaikan lagu terakhir berjudul "Jabat Erat", seluruh personel Primitive Monkey Noose tampak semringah. Arif, si pemain panting, yang menjadi andalan grup ini terlihat sangat hepi. Bahkan, di beberapa momen dia terekam tertawa-tertawa sendiri. Pun begitu dengan si vokalis Richie Petroza yang nampak puas dengan penampilan band-nya.

Primitive Monkey Noose bukan band lokal biasa. Kelompok musik asal Batulicin yang menjadi pionir banjar-punk ini merupakan satu-satunya band di Tanah Bumbu yang berhasil menarik perhatian Sony Music Entertainment Indonesia.

Primitive Monkey Noose dan Sony Music sudah menjalin kerja sama tahun lalu. Oleh pihak Sony Music, band ini dianggap menarik karena punya identitas yang jelas lewat kemasan punk yang dipadukan dengan panting, lirik-lirik yang relate dengan urang Banua, dan kualitas produksi musik yang bagus.

Baca Juga: Digandeng Sony Music, Primitive Monkey Noose Jadi Angin Segar dalam Budaya Musik Pop Banjar

Penampilan Primitive Monkey Noose tadi malam seperti menjadi oase di tengah kerinduan sebagian penonton pada konser musik yang berorientasi rock. Ke depan, band ini sepertinya bisa menjadi solusi praktis bagi pemerintah daerah yang tak punya daya untuk menghadirkan nama-nama kelas wahid di event lokal berskala besar seperti Mappanre Ri Tasi E. 

"Kada kawa ai, kada kawa kawan ai/Duitnya kadada, kada kawa kawan ae." 

Begitu seharusnya Richie Petroza berteriak tadi malam.

Editor


Komentar
Banner
Banner