bakabar.com, JAKARTA – Kementerian Koperasi dan UMKM (KemenkopUKM) mendorong BUMN dan perusahaan besar untuk bermitra dengan UMKM. Hal itu diperlukan agar UMKM bisa cepat naik kelas.
Menkop UKM, Teten Masduki menjelaskan keinginannya untuk bisa memasukan UMKM kedalam ekosistem rantai pasok daripada BUMN dan perusahaan swasta.
“Jadi UMKM tidak lagi usaha sendiri, tapi menjadi bagian dari rantai pasok industri. Ini yang ingin kita bangun,” ucapnya ketika membuka Forum Kemitraan UKM/IKM dengan BUMN dan Usaha Besar di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Kamis (24/11).
Baca Juga: Genjot Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Tambah 7 SPKLU di Jakarta
Dirinya memberikan contoh bagaimana beberapa negara maju seperti China, Jepang dan Korea Selatan yang sudah melibatkan koperasi dan UKM menjadi bagian dari pemasok untuk industri besar.
“Nantinya jangan sampai UMKM hanya bisa membuat keripik dan batik saja. Tapi sudah mulai masuk produk yang berbasis kreatifitas dan inovasi teknologi,” ujarnya.
Kemitraan dengan perusahaan besar juga akan membawa manfaat baik khususnya untuk UMKM, karena disitu akan terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, sampai kemampuan mengelola bisnis.
“Dengan ini UMKM bisa naik kelas, mulai dari skala usahanya sampai teknologi produksinya,” pungkasnya.
Baca Juga: Pertamina Kembangkan Tiga Aplikasi Bantu UMKM Kamojang
Beberapa keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan besar ketika bermitra dengan UMKM diantaranya adalah meringan biaya produksi karena adanya insentif pajak.
“Cara ini digunakan karena kita ingin UMKM jadi bagian dari industrialisasi. Kalau industrinya berkemabang maka UMKMnya juga berkembang,” imbuhnya.
Ia memberikan contoh ketika Perhutani yang merupakan perusahaan BUMN memiliki banyak kebun jati. kemitraan akan membuat UMKM yang bergerak di sektor furniture lebih mudah mendapatkan pasokan kayu.
“Begitu juga dengan UMKM di sektor logam, saya lihat mereka sanggup memasok berbagai kebutuhan misalnya oleh PLN untuk transmisi. Kemudian juga bisa untuk otomotif dan ini mau kita kerjasamakan,” tungkasnya.
Baca Juga: Kemenperin: Pertumbuhan Sektor Nonmigas Capai Rp554,16 triliun
Tercatat sampai dengan saat ini UMKM di Indonesia yang sudah terhubung kepada Global Value Chain (GVC) masih rendah, hanya sekitar 4,1 persen. Hal tersebut membuat ekspor UMKM juga menjadi sedikit, di angka 15,5 persen.
“Bandingkan dengan China yang sudah menyentuh angka 70 persen ekspor untuk UMKMnya. Bisa sebesar itu karena UMKM mereka jadi bagian dari industri China,” jelasnya.
Tidak hanya itu kemitraan UMKM dengan perusahaan besar di dalam negeri juga masih rendah, hanya sekitar 7 persen. Presiden Jokowi akhirnya juga turut meminta kepada perusahaan besar untuk berbagai pekerjaan dengan UMKM.
“Dalam Undang-undang Cipta Kerja baik pajak dan upah minimun dikecualikan untuk UMKM. Sehingga bisa menjadi keuntungan bagi perusahaan besar untuk bermitra dengan UMKM,” tutupnya.