bakabar.com, BANJARMASIN - Jenazah istri, menantu, anak, dan cucu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datuk Kelampayan) semula dimakamkan di lokasi Makam Pahlawan Bumi Kencana, Landasan Ulin, Banjarbaru. Namun, jenazah kemudian dipindahkan ke Tungkaran, Martapura. Saat pemindahan, kejadian ganjil sempat mengiringinya.
Diceritakan Tuan Guru H Syaifuddin Zuhri, makam istri, menantu, dan cucu Datuk Kelampayan semula dimakamkan di lokasi yang kini dijadikan Pemerintah Indonesia sebagai Makam Pahlawan Bumi Kencana, Banjarbaru.
Baca Juga: Kisah Penghulu Rasyid, Pejuang yang Makamnya Menjadi Destinasi Wisata
"Itu (lokasi makam Bumi Kencana) tanah Kerajaan Banjar bahari (dulu), dijulung (diberikan) kepada pemerintah," ujar Abah Guru Banjar Indah -Tuan Guru Syaifuddin Zuhri-.
Karena itu, jenazah pun kemudian dipindahkan ke Tungkaran, Karang Tengah, Martapura. Pada saat pemindahan, kondisi para jenazah yang telah dimakamkan puluhan tahun itu ternyata masih utuh.
"Seperti jenazah yang baru dimakamkan dua hari," ungkap Guru.
Di antara keluarga Datuk Kelampayan yang dipindah tersebut adalah istri beliau yang bernama Datuk Bajut. Kemudian, istri beliau yang bernama Datuk Bidur. Menantu sekaligus sahabat beliau, Syekh Abdul Wahab Bugis. Putri beliau bernama Datuk Aisyah. Dan, cucu perempuan bernama Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis.
"Fatimah ini adalah pengarang Parukunan Basar (perukunan Melayu)," beber Guru.
Orang tua dulu, sambung Guru Banjar Indah, mengamalkan Surah Al Mulk setiap malam. Yang di antara keutamaannya, jenazah tidak busuk di dalam kubur.
Baca Juga: Kisah Singkat Datu Dulung; Ketika 'Si Macan Terbang' Melawan Belanda
"Amalan urang bahari (orang shaleh terdahulu), Surah Yasin supaya hidup selamat, Tabarak (Al Mulk) tidak dimakan ulat, dan Surah Waqiah supaya hidup tidak kekurangan (uang)," terang Guru.
Editor: Muhammad Bulkini