bakabar.com, JAKARTA – Presiden Indonesian Pertroleum Association (IPA) Irtiza H. Sayyed mengatakan Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan salah satu teknologi yang dianggap paling menjanjikan untuk mencapai emisi yang lebih rendah.
Penerapan teknologi rendah karbon tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi karbon guna mencapai nol emisi karbon pada 2050 atau lebih cepat. Namun, dukungan kebijakan duperlukan untuk mendorong investasi.
"Dalam kasus teknologi CCS, investasi dibutuhkan sangat besar dan penerapan pada skala industri merupakan komitmen jangka panjang," terangnya dalam Indonesian Pertroleum Association Convention Convention and Exhibition 2022 (IPA Convex) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9).
Guna meyakinkan bisnis jangka panjang, kata Irtiza, para pemangku kepentingan berharap bahwa kebijakan pemerintah akan mendorong teknologi dapat dibantu untuk dikembangkan.
Terlebih, menurut Irtiza, dalam jangka waktu 10-20 tahun ke depan, industri hulu migas perlu mengembangkan dan menggali potensi migas Indonesia di tengah tingginya kebutuhan energi.
Melalui implementasi teknologi CSS diharapkan akan memenuhi dua kebutuhan sekaligus yakni meningkatkan penerimaan negara dan memenuhi kebutuhan energi utnuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Karena itu, selain mendorong peningkatan produksi migas, imbuh Irtiza, industri migas saat ini juga tengah fokus uintuk menurunkan emisi karbon. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi CCS.
Irtiza juga menambahkan transisi energi berkelanjutan juga memerlukan kerja sama yang erat antar pemangku kebijakan. Di antaranya dengan melibatkan pemerintah dan pelaku industri.
"Kita memainkan peran yang menentukan dalam mendukung transisi energi sambil memenuhi permintaan energi yang tengah melonjak, Selain itu, dibutuhkan upaya yang luar biasa dan kolektif untuk mencapai energi yang berkelanjutan dan andal. Jadi, mari bersama-sama menyusun skenario untuk masa depan yang lebih rendah karbon," jelasnya.