Hot Borneo

Keamanan Kapal Raja Bagdad Amuntai Tuai Sorotan, “Jangan Tunggu Insiden”

apahabar.com, TANJUNG – Sejak Kamis 14 Juli 2022, kapal wisata yang diberi nama “Raja Bagdad” resmi…

Featured-Image
Puluhan penumpang berduyun-duyun menaiki kapal “Raja Bagdad” di Siring Itik, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Foto: Istimewa

bakabar.com, TANJUNG – Sejak Kamis 14 Juli 2022, kapal wisata yang diberi nama “Raja Bagdad” resmi meluncur. Hadir menambah geliat alternatif wisata warga Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Kendati begitu, kelaikan operasional kapal masih patut dipertanyakan.

Raja Bagdad merupakan kapal bekas pencari pasir berkapasitas maksimal 100 penumpang. Kapal susur sungai tersebut menawarkan opsi berwisata ala Kota Seribu Sungai Banjarmasin. Cukup Rp10 ribu, penumpang bisa menikmati indahnya pemandangan sepanjang Siring Itik hingga Alabio yang terkenal akan keberadaan itiknya.

Makin hari, keberadaannya kian menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat HSU dan sekitarnya, dilihat dari membeludaknya animo warga.

Kendati begitu, kelaiakan operasional kapal masih patut dipertanyakan. Insiden, baru tadi, Senin sore (18/7) saat buritan kapal menyenggol permukiman warga yang sehari-hari digunakan sebagai kafe hanya salah satunya.

Lebih jauh, aspek keselamatan penumpang dari sisi kecukupan baju pelampung juga belum maksimal. Masih perlu disorot, sebab pelampung sederhana baru sebatas dari ban bekas. Jumlahnya pun jauh dari cukup.

Belum adanya pengelolaan yang maksimal pada kapal wisata ini tak ayal mengundang sorotan masyarakat. Seperti yang disuarakan Ketua Relawan Brigade 08 HSU, Emma Rivilia.

“Mestinya sehabis peresmian, aspek keamanannya dipastikan dulu, baru boleh beroperasi, jangan justru sebaliknya,” katanya dihubungi bakabar.com, Selasa (19/7).

Sungai yang dilewati kapal Raja Bagdad memang terlihat tenang di permukaan, tapi tidak pada arus bawahnya.

“Buktinya sudah sering orang tenggelam di sungai itu,” ujar Emma.

“Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, baru semuanya berbenah,” Emma mengingatkan.

Tak cuma itu, Emma juga menyoroti badan kapal yang terlalu besar hingga mengganggu pengguna sungai lain.

“Terlalu besar, tidak sesuai dengan sungainya. Buktinya saat berputar, sempat menabrak kafe ‘kan,” ujarnya.

Belum lagi jika air surut, tentu akan mengganggu pengguna sungai yang lain. Jika air dalam, tidak bisa melewati jembatan Alabio.

Emma mendukung penuh adanya destinasi wisata baru di HSU, namun kenyamanan dan keselamatan warga tetap yang utama.

“Pemerintah jangan membiarkan pengelola bergerak sendiri, beri perhatian lebih,” ujarnya.

Selain pelampung, kapal tersebut juga tidak memiliki atap penutup. Saat cuaca terik, cahaya matahari langsung mengenai kepala penumpang. Pun, ketika hujan mengguyur.

“Ini juga tolong diperhatikan kalau mau serius mengelola wisata. Jangan sampai maksudnya baik, malah menimbulkan persoalan di kemudian hari,” ucapnya.

Respons Pemerintah

Belum adanya alat keselamatan pada kapal Raja Bagdad rupanya telah diketahui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) setempat.

Disporapar sendiri telah menyampaikan ke pengelola untuk menyiapkan life jacket atau baju pelampung.

“Kami sudah meminta pengelola untuk menyiapkan life jacket dan mereka bersedia, tapi barangnya sekarang masih belum datang,” kata Plt Kadisporapar Kabupaten HSU, Sugeng Riyadi dihubungi terpisah.

“Jadi sementara baju pelampung kami pinjami dulu. Tadi pagi mereka sudah ada meminjam 10 buah dari BPBD HSU,” imbuhnya.



Komentar
Banner
Banner