News

Kasus Mutilasi di Timika Bermodus Transaksi Senjata, Imparsial: Berpola Dijebak Lalu Dibunuh

apahabar, Jakarta – Peneliti Imparsial, Hussein Ahmad mengungkapkan kasus mutilasi dengan korban berjumlah 4 orang dilakukan…

Featured-Image
Foto ilustrasi masih ditemukannya kasus pembunuhan warga sipil di Papua. Foto: Tempo.co

apahabar, Jakarta – Peneliti Imparsial, Hussein Ahmad mengungkapkan kasus mutilasi dengan korban berjumlah 4 orang dilakukan dengan bermodus transaksi senjata dengan sasaran Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Hal tersebut yang mengakibatkan transaksi senjata sering kali terjadi di Papua.

Adapun pola transaksi yang dilakukan adalah dengan cara untuk dijebak. Setelah korban masuk dalam perangkap jebakan, korban kemudian dibunuh atau pihak pembeli tidak jadi membayar lalu dibunuh.

"Tidak adanya keadilan dalam penyelesaian kasus yang berulang seperti ini, bahkan dalam kasus pembunuhan Pendeta Zeremia Zanambani hingga saat ini tidak ada penjelasan dan penyelidikan pelaku. Hingga mudahnya terulang kembali kasus pembunuhan yang serupa karna tidak adanya efek jera dan pertanggungjawaban kepada pelaku," ujarnya saat ditemui apahabar, Selasa (30/8).

Hussein memaparkan kejadian peristiwa tersebut disebabkan selama ini pemerintah melakukan pendekatan militeristik. Pendekatan tersebut menganggap permasalahan yang ada di Papua dapat diselesaikan dengan cara kekerasan melalui aparat militer. Akibatnya kekerasan terus terjadi berulang di Papua.

Pendekatan militeristik yang terjadi di Papua, kata Hussein, bertolak belakang dengan pendekatan yang dilakukan untuk meredam keributan di Aceh. Penyelesaian konflik di Aceh yang melibatkan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dilakukan dengan cara perundingan yang dinilainya lebih bermartabat, dibandingkan cara kekerasan yang sering terjadi di Papua seperti saat ini.

Hussein menambahkan pendekatan militeristik yang terjadi di Papua dengan sasaran masyarakat sipil seperti yang terjadi Timika bermodus transaksi senjata, menyebabkan terjadinya impunitas yang mendorong masyarakat sipil menjadi berani karena memiliki banyak uang. Akibatnya, warga Papua lebih tertarik untuk berbisnis senjata.

"Negara harus menghentikan pengiriman pasukan bersenjata ke Papua, kemudian mengumumkan jeda kemanusiaan di kedua belah pihak untuk tidak saling menyerang. Lalu menyelesaikan masalah seperti dengan berdialog, dalam konteks pembunuhan di Timika tentu saja harus dengan diadili dengan tepat," jelasnya.

Sebelumnya, dilaporkan empat warga Timika sempat hilang sejak 22 Agustus 2022. Keempat korban berinisial AL, RN, dan LN satu per satu hingga (29/8/2022) ditemukan dalam kondisi dimutilasi di Sungai Kampung Pigapu, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Papua.

Korban LN diketahui sebagai simpatisan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Nduga pimpinan Egianus Kogoya yang aktif mencari senjata dan amunisi di Kabupaten Mimika. Sementara korban RN merupakan Kepala Kampung Yugut, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.

Berdasarkan hasil penyelidikan, polisi telah mengamankan tiga pelaku APL, DU, R. Selain tiga warga sipil tersebut, pembunuhan empat warga tersebut juga melibatkan enam anggota TNI, di antaranya Mayor Inf HF, Kapten Inf DK, Praka PR, Pratu RAS, Pratu RPC, dan Pratu R.

Reporter: Dian Finka

Komentar
Banner
Banner