Kalsel

Kasus Covid-19 Meningkat, Ketua DPRD Banjar Minta PTM Dievaluasi

apahabar.com, MARTAPURA – Ketua DPRD Kabupaten Banjar, HM Rofiqi meminta pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) dievaluasi,…

Featured-Image
Pelaksanaan PTM di SMPN 1 Martapura, Sabtu (24/7). Foto-apahabar.com/Hendra Lianor

bakabar.com, MARTAPURA - Ketua DPRD Kabupaten Banjar, HM Rofiqi meminta pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) dievaluasi, seiring meningkatnya kasus positif Covid-19.

Hal ini ia sampaikan saat melakukan monitoring pelaksanaan PTM bersama Wakil Ketua Komisi IV Gusti Abdurrachman di SMPN 1 Martapura, Sabtu (24/7).

"Kami kemarin sudah komunikasi dengan Plt Kepala Dinas Pendidikan agar mengevaluasi pelaksanaan PTM ini, karena beberapa hari ini tes yang dilakukan dari traking dan tracing hasilnya sangat meresahkan," ujar Rofiqi.

"Dari 150 yang dites ada 104 yang positif. Artinya positivity rate-nya hampir 80 persen. Ini tentu menjadi PR kita bersama, jangan sampai yang dari level 1 - 2 naik menjadi level 4," sambung Rofiqi.

Apalagi, kata Rofiqi dengan adanya virus corona varian delta ini cukup membahayakan bagi usia 18 tahun ke bawah.

Terkait pelaksanaan PTM di SMPN 1 Martapura, Rofiqi menilai sudah cukup baik sesuai protokol kesehatan, mulai dari tertib memakai masker hingga menjaga jarak dalam ruangan kelas dengan hanya mengisi separu dari kapasitas ruang kelas.

"Termasuk guru-guru juga sudah divaksin semua. Kita meminta pihak sekolah apabila ada siswa atau guru yang sakit agar tidak usah dulu masuk sekolah," terang Rofiqi.

Rencananya, DPRD Banjar bakal melakukan evaluasi PTM dengan pihak-pihak terkait pada Senin (27/7) mendatang.

Wakil Ketua Komisi IV Gusti Abdurrachman mengaku juga mengkhawatirkan apabila pelaksanaan PTM menjadi penyebaran Covid-19.

"Makanya kami selalu mengingatkan pihak sekolah, apabila ada yang sakit langsung dipulangkan saja," terangnya.

Sementara, Plt Kepala SMPN 1 Martapura, Gusti Wildayani mengakui ada sejumlah siswanya yang sakit, namun bukan positif Covid-19. Pihak sekolah pun tidak mengizinkan masuk sekolah jika sedang sakit.

"Ada yang demam dan sebagainya, tapi tidak ada yang masuk sekolah. Kalau ada yang bilang tetap masuk sekolah itu tidak benar," kata Gusti Wildayani.

Ia menjelaskan, tiap wali kelas selalu memeriksa kondisi kesehatan anak didik tiap hari.

"Yang sakit tidak sampai 10 persen. Tiap kelas dari total 27 kelas ada satu atau dua orang yang sakit. Mereka sakit pelek biasa, bukan covid," pungkasnya.

Sekedar diketahui, hingga saat ini angka kasus Covid-19 di Kabupaten Banjar mencapai 377 orang yang terkonfirmasi positif. Jumlah ini cukup signifikan dibandingkan pekan awal Juli lalu, yang hanya sekitar 130 yang positif.



Komentar
Banner
Banner