Tokoh Inspiratif

Kala Umat Kristiani Jember Menggedor Pintu Langit: Memohon Tempat Peristirahatan Terakhir

Sejak setahun terakhir, pemakaman umum umat Kristiani di Kecamatan Kaliwates, kini sudah penuh. Akibatnya, umat Kristiani yang meninggal dimakamkan di jalan

Featured-Image
Ketua Pengurus Musyawarah Antargereja (MAG) Ignatus Sumarwiadi. apahabar.com/M Ulil Albab

bakabar.com, JEMBER - Mata Ignatus Sumarwiadi sudah tidak bisa melihat sejak ia terserang penyakit glukoma. Ia terus didampingi istrinya untuk segala urusan. Termasuk berjuang mendapat tempat peristirahatan terakhir untuk umat Kristen dan Katolik di Jember.

Sejak setahun terakhir, pemakaman umum umat Kristiani di Kecamatan Kaliwates, kini sudah penuh. Akibatnya, umat Kristiani yang meninggal dimakamkan di jalan setapak hingga melebar ke area parkir.

Sejak 2021, Ketua Pengurus Musyawarah Antar Gereja (MAG) di Jember itu sudah berulangkali dipimpong birokrasi untuk sekadar memperjuangkan hak dasar dari umat Kristiani, yakni mendapatkan tempat peristirahatan terakhir yang baru.

Kini, Marwi berupaya dengan cara menggedor pintu langit. Mengajak seluruh umat Kristiani di Jember, dari 80-an Gereja untuk menggelar doa bersama agar mendapat kemudahan memperjuangkan hak mendapatkan pemakaman umum.

Doa itu digelar di hari dan jam yang sama, setiap Senin dan Jumat pukul 20.00 WIB.

"Semua khawatir, nanti kalau sudah meninggal akan dimakamkan di mana. Karena pemakaman itu untuk umat seluruh kecamatan di Jember," kata Marwi kepada bakabar.com, Jumat (16/6).

"Itu upaya kami untuk menggedor pintu langit. Karena doa orang yang gelisah itu katanya manjur. Kalau ada masalah yang belum bisa diatasi sama manusia, ya kita wadul ke Tuhan," tambahnya.

Kondisi pemakaman umum umat Kristiani di Kaliwates Jember. Foto: Peace Leader
Kondisi pemakaman umum umat Kristiani di Kaliwates Jember. Foto: Peace Leader

Dampak Pandemik 

Kegelisahan sudah mulai muncul sejak setahun terakhir. Pemakaman umum tampak cepat terisi akibat Pandemik Covid-19. Saat itu, hampir setiap hari terdapat orang yang meninggal. Bahkan sampai 7 orang per harinya.

"Karena angka kematian sangat luar biasa, dan itu berlangsung cukup lama. Orang datang melayat, datang, dan melihat makamnya semakin sempit. Nanti keluarga kami dimakamkan di mana?" katanya.

Dari hitungan Marwi, satu satunya tempat pemakaman umum yang dimiliki umat Kristen dan Katolik di Kecamatan Kaliwates. Maksimal hanya cukup untuk 60 liang lahat lagi.

"Kalau dalam dua hari ada satu orang meninggal, satu bulan 15 orang. Jadi maksimal 4-5 bulan lagi habis," jelasnya.

Pemakaman umum seluas 6000 meter persegi itu, kini telah melebar hingga ke jalan, sebab sudah tak ada sisa tempat untuk umat Kristen dan Katolik yang meninggal.

"Dalam setahun berjalan, lahan utama yang disediakan habis. Akhirnya pakai jalan, jalan sudah habis, akhirnya melebar ke tempat parkir motor," katanya.

Pemakaman umum itu, juga merupakan upaya MAG untuk meminta kepada Pemkab Jember pada tahun 2005. Kini, umat Kristiani kembali meminta kepada MAG ketika sudah penuh.

Sambil menunggu perjuangan itu, Marwi kemudian menawarkan sejumlah opsi. Salah satunya dengan menumpuk jenazah baru di atas makam satu keluarganya sendiri.

"Kanalisasinya dilakukan kremasi. Kemudian gimana kalau disusun, ditumpuk atau ditindih," ujarnya.

Namun alternatif itu sepertinya bukanlah solusi. Doa bersama pun akhirnya digelar sebagai jalan menggedor pintu langit. Selain di Gereja, doa bersama juga digelar di komunitas masyarakat hingga setingkat keluarga di rumah.

"Ini ekspresi dari kegelisahan, karena kita orang beriman, orang percaya. Karena Tuhan selalu menjawab doa kita," katanya.

Umat Kristiani saat berdoa di gereja dan komunitas masing-masing. Foto: Peace Leader
Umat Kristiani saat berdoa di gereja dan komunitas masing-masing memohon upaya mendapatkan hak pemakaman umum dipermudah. Foto: Peace Leader

Berulangkali Dipimpong

Meski Marwi sudah tak sanggup melihat, sebagai Ketua Pengurus Musyawarah Antar Gereja (MAG) di Jember, Marwi terus berjuang untuk meminta hak kepada pemerintah daerah.

Perjuangan itu sudah lama ia lakukan. Bahkan sejak 2021 Marwi sudah berkirim surat untuk audiensi.

Dalam suatu kesempatan, Bupati Jember Hendy Siswanto juga bernah menyampaikan janji kepada 1.200 umat Kristiani akan memberikan tempat makam yang baru. Sebab Pemda punya banyak aset tanah yang tak terpakai.

"Pak Bupati pernah janji, di hadapan 1.200 umat Kristen, akan memberikan pemakaman umum di lahan baru, tapi sampai sekarang belum ada," kata Marwi.

Kepada apahabar, Marwi menunjukkan sejumlah catatan dan surat yang pernah ia ajukan untuk memperjuangkan pemakaman umum.

Ia tercatat pernah berkirim surat audiensi pada Mei 2021, upaya itu sempat mendapatkan sinyal baik.

Umat Kristen diberi harapan sebuah lahan kosong milik Pemkab Jember di Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates. Kabag Kesra dan jajaran BPKAD Pemkab Jember hadir untuk meninjau lokasi tersebut pada Juni 2021.

Pada 13 September 2022 MAG Jember juga sempat kembali bertemu dengan bupati dalam sebuah audiensi. Namun hingga kini tak pernah ada kabar kelanjutan.

"Tapi kami sungguh masih beritikad baik kepada Bupati. Pasti ada jalan," katanya.

Bahkan Marwi masih menyimpan salinan Perda Nomor 2 tahun 1980 tentang Kuburan Umum yang dikuasai Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jember.

Dalam Perda yang belum pernah direvisi tersebut, sudah diatur bahwa seluruh umat beragama termasuk umat Kristiani, berhak mendapatkan hak dasar tempat pemakaman umum.

"Harapannya tidak terlalu lama, lahan parkir yang kami pakai tidak sampai habis," katanya.

Terus Berupaya

Sementara itu, Koordinator Nasional Peace Leader, Redy Saputro yang terus mendampingi MAG di Jember sudah berupaya menghubungi semua pihak agar turut berjuang.

"Saya sudah menghubungi banyak pihak. Karena kondisi pemakamannya sudah kritis, mau dimakankan di mana lagi?" katanya.

Sebab, kata Redy, setiap orang berhak untuk mendapatkan tempat peristirahatan yang layak, tidak memandang suku, ras dan agama. Bahkan dalam Perda yang dimiliki Jember di sana juga jelas diatur.

"Sejak manusia ada di kandungan sampai meninggal, sudah terikat dengan HAM. Intinya setiap orang harus diperlakukan baik oleh negara ini," ujarnya.

Sementara tempat pemakaman umum lain yang dikelola pihak swasta, umat Kristiani harus membayar sedikitnya Rp10 sampai 15 juta untuk peti hingga tempat satu liang lahat. Sementara bila di pemakaman umum yang dikuasai Pemda, masyarakat Kristiani cukup membayar uang ganti gali kubur dan penutupan sekitar Rp800 ribu.

"Kalau total, di luar pemakaman Kristen, itu sudah pasti lebih dari 10 juta. Itu belum sewa sewa ambulance," ujarnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner