bakabar.com, JAKARTA – Memburuknya kabut asap di beberapa kota, membuat Mahkamah Agung India mendesak pemerintahan membatasi kegiatan masyarakat di luar ruangan, termasuk menerapkan aturan bekerja dari rumah.
Desakan itu muncul setelah pemerintah New Delhi diminta bersiap mengatasi kondisi polusi asap yang memburuk sejak awal November itu.
“Kami mengarahkan pemerintah pusat dan negara bagian wilayah ibu kota nasional untuk memberlakukan aturan kerja dari rumah sementara waktu,” kata Ketua Mahkamah Agung N.V. Ramana, dilansir CNN Indonesia, Senin (15/11).
Selain karena tingkat polusi udara yang memburuk karena limbah pabrik dan asap kendaraan, kabut asap semakin memburuk akibat penurunan suhu dan kecepatan angin.
Mahkamah Agung meminta penanganan yang mendesak dari pemerintah untuk mengendalikan pembakaran limbah tanaman di negara bagian Haryana, Punjab, dan Uttar Pradesh.
Pembakaran ini kerap dilakukan oleh para petani yang ingin membuka ladang baru untuk menyambut musim tanam.
Tak hanya itu, Mahkamah Agung juga meminta penghentian kegiatan lalu lintas yang tidak penting untuk mengurangi polusi udara.
“Kami ingin tindakan atas masalah ini,” kata Hakim Surya Kant, dikutip dari Reuters.
Walaupun demikian, Mahkamah Agung tidak menetapkan tenggat waktu bagi pihak berwenang untuk mengatasi kabut asap itu.
Pemerintah New Delhi juga menolak gagasan Mahkamah Agung tersebut dengan alasan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat ini hanya akan berbuah hasil mengurangi polusi kota jika kota-kota tetangga ikut melakukannya.
Akibat kabut asap ini, sekolah-sekolah di New Delhi juga telah diliburkan sejak pekan lalu karena kabut asap yang memburuk.
“Sekolah akan ditutup agar anak-anak tak harus menghirup udara berpolusi,” ujar Menteri Kepala New Delhi, Arvind Kejriwal, Sabtu (13/11).
AFP melaporkan bahwa saat ini New Delhi menempati posisi pertama sebagai kota paling berpolusi di dunia akibat kegiatan pabrik, emisi kendaraan, hingga kebakaran lahan.
Pada Senin (15/11), indeks kualitas udara New Delhi berada dalam angka 343 pada skala 500.
Angka ini melambangkan kualitas udara di wilayah itu masuk dalam kategori sangat buruk. Udara yang buruk ini juga dapat menyebabkan penyakit pernapasan bila orang menghirup udara terlalu lama.
Sejak empat tahun terakhir, pemerintah India telah berusaha mengurangi pembakaran limbah tanaman dengan mengeluarkan biaya miliaran rupee. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil.