News

Jokowi Menunggu Momentum yang Tepat Saat China dan Arab Saudi Tantang Ekspor Beras

apahabar.com, JAKARTA – Pencapaian Indonesia dalam ketahanan pangan yang telah dibuktikan oleh penghargaan dari IRRI (Internasional…

Featured-Image
Presiden Joko Widodo. Foto: BPMI Setpres

apahabar.com, JAKARTA - Pencapaian Indonesia dalam ketahanan pangan yang telah dibuktikan oleh penghargaan dari IRRI (Internasional Rice Research Institute) membuat beberapa negara di dunia meminta bantuan ekspor beras ke Indonesia.

Presiden Joko Widodo mengatakan capaian tersebut membuat sejumlah negara lain seperti China meminta beras sebanyak 2,5 juta ton. Selain itu, Arab Saudi dalam sebulan juga mengirimkan permintaan sebesar 100.000 ton beras.

"Saat ini kita belum berani. Sudah, kita stop dulu. Tapi begitu produksinya melompat karena Bapak/Ibu terjun ke situ bisa saja melimpah dan bisa kita ekspor dengan harga yang sangat visible harga yang sangat baik," katanya saat memberi arahan kepada Kamar Dagang dan Industri (KADIN) melalui siaran daring, Selasa (23/8).

Jokowi mengungkapkan swasembada beras Indonesia sudah dimulai sejak 2019, di saat negara lain sedang mengalami kekurangan pangan. Meski begitu, dia mengingatkan agar tetap waspada dan berhati-hati dengan tidak memunculkan pesimisme.

"Sekali lagi selalu saya nggak mau, tetap harus optimis karena setiap kesulitan pasti ada peluang di situ pasti. Dalam kondisi sulit apapun dalam situasi apapun pasti ada peluang. Peluangnya pada krisis pangan berarti peluangnya ya ada dipangan kalau jualan pangan itu paling cepet," ujarnya.

Lebih lanjut, Jokowi menegaskan akan menghentikan subtitusi barang-barang impor, supaya devisa negara tidak habis digunakan untuk impor, salah satunya gandum yang hingga kini masih melakukan impor sebesar 11 juta ton. Kendati demikian ia menyarankan untuk diganti atau dicampur dengan produk lokal, agar gandum dapat dikombinasikan dengan cassava, sorgum, dan sagu.

Dia juga mencontohkan Kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur yang dalam beberapa waktu lalu, ia menemukan pada wilayah tersebut memiliki kualitas tanah relatif marjinal dan minim sumber air. Meski begitu, sorgum bisa tumbuh subur.

"Saya mengajak Bapak/Ibu sekalian misalnya di Nusa Tenggara Timur tanam sorgum. NTT itu adalah tempatnya sorgum sangat subur sekali dan visible coba saja tidak usah ribuan hektar, coba dulu 10 hektar. Bener tidak presiden ngomong ini, hitung, kalkulasi, masuk, tanam sebanyak-banyaknya. Itu nanti dipakai untuk campuran gandum," pungkasnya. (Resti)



Komentar
Banner
Banner