Raker Permata MHT

Jika Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Marullah Matali yakin sekalipun DKI tak lagi ibu kota, Jakarta masih menjadi dambaan bagi para pengadu nasib.

Featured-Image
Sekda DKI Jakarta, Marullah Matali saat membuka Raker Permata MHT, Sabtu (26/11).

bakabar.com, BOGOR - Pergi ke Jakarta naik kereta, pergi ke Ciawi mencari sumur. Meski nanti Jakarta bukan lagi ibu kota, Tanah Betawi tetap makmur.

Demikian sebait pantun yang dibacakan Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Marullah Matali ketika menghadiri rapat kerja DPP Persatuan Masyarakat Jakarta Mohammad Husni Thamrin (Permata MHT) di Cipayung, Jawa Barat, Sabtu (26/11).

Marullah meyakini Jakarta sebagai kota yang sudah menjadi urat nadi perekonomian Indonesia masih didamba para pengadu nasib asal daerah lain, meski ibu kota berpindah ke Kalimantan Timur. 

"Saya beberapa kali tanya ke orang yang bukan Jakarta asli, kalian mau pindah ke IKN? Kebanyakan menjawab tidak," ungkap Marullah.

Pilihan yang demikian bukan tanpa alasan. Sebabnya, kata Matali, Jakarta memiliki fasilitas begitu lengkap. Belum lagi, keramahtamahan para penduduk aslinya. 

Rela Berkorban

Populasi Penduduk di IKN Dibatasi hanya 1,91 juta Orang, Apa Alasannya?
Populasi penduduk di IKN dibatasi hanya 1,91 juta orang, tidak seperti Jakarta. Foto: Antara 

Keramahan masyarakat Betawi itulah yang membuat Jakarta menjadi kota sukses. Sifat demikian, kata dia, bahkan sesuai dengan salah satu ayat suci Alquran.

"Masyarakat Betawi itu welcome (kepada pendatang), sampai dia menerapkan ayat Alquran. 'Dia prioritaskan orang lain meskipun akhirnya dia harus minggir'," jelasnya.

Ketua umum DPP Permata MHT itu pun memberi salah satu contoh dari keramahan masyarakat Betawi. Yakni, dengan membangun deretan kamar indekos. Yang sejatinya ditujukan bagi perantau.

"Mereka tidak bangun rumah untuk cari uang. Kalau mau, mereka harusnya buat kontrakan mewah seperti di Kemang," beber Marullah.

Alih-alih membangun hunian mewah, penduduk asli Jakarta justru membuat kamar indekos dengan harga sewa terjangkau. Tujuannya, agar para perantau tak luntang-lantung di jalanan.

Marullah juga mencontohkan keramahan masyarakat Betawi lainnya. Menurut dia, meski penduduk asli Jakarta ini identik dengan golok, mereka tak pernah menggunakan senjatanya untuk menyakiti orang lain.

"Anak Jakarta meski menenteng golok ke mana-mana, itu bukan buat menyakiti. Golok kita tajam, tapi kita tidak pernah melukai orang lain," klaimnya.

Menginspirasi Daerah Lain


Eksterior Istana Negara IKN Nusantara (@nyoman_nuarta)
Eksterior Istana Negara IKN Nusantara (@nyoman_nuarta)

Marullah berharap perlakuan masyarakat Betawi pada perantau yang demikian bisa menjadi contoh bagi daerah lain. Tak terkecuali, bagi warga Kalimantan Timur, cikal bakal ibu kota negara yang baru pengganti Jakarta. 

"Masyarakat Betawi sudah memberikan pelajaran. Semoga ini juga jadi pelajaran bagi yang lain, meskipun (caranya) tidak harus sama," ujarnya.

Marullah yakin masyarakat di setiap daerah mampu menyelesaikan permasalahan sesuai dengan adat istiadatnya. Dia pun percaya bahwa masyarakat Kaltim bakal menyambut baik para perantau, seperti di Jakarta.

Editor


Komentar
Banner
Banner