bakabar.com, JAKARTA - Jelang Jackson Hole Symposium, 24-26 Agustus 2023. Pidato Ketua Fed, Jerome Powell, adalah agenda utama yang dinantikan seluruh pelaku pasar global.
Analis Komoditas, Rio Wibawa melihat pidato itu sebagai bocoran. Apakah The Fed akan kembali menaikkan suku bunganya, atau menjedanya di meeting FOMC September.
"Pelaku pasar menaruh kemungkinan 86 persen adanya jeda kenaikan. Sedangkan hanya 14 persen peluang suku bunga akan lanjut naik," jelasnya kepada bakabar.com, Kamis (24/8).
Baca Juga: Jelang Keputusan The Fed, Rupiah Tertekan karena Sikap 'Wait and See'
Di sisi lain, pernyataan Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin membuat pelaku pasar penasaran dengan sikap Powell.
Kata Rio, Thomas telah meminta The Fed untuk melanjut menaikkan suku bunganya. Karena, melihat inflasi akan terkerek lantaran ekonomi yang kembali berjalan cepat.
"Ya, untuk melawannya (inflasi), suku bunga juga harus dinaikan," terangnya.
Ria coba lebih jauh menjelaskan. Kata dia, tingkat bond yield (imbal hasil obligasi) 10 tahun USD juga menyentuh level tertingginya. Terhitung sudah sejak 16 tahun terakhir.
Hal itu berpotensi mendorong pelaku pasar menjual saham-sahamnya. Berpindah ke dalam bentuk USD ataupun yield. "Ini juga dapat mendorong USD untuk ikut menguat," katanya.
Baca Juga: Sinyal The Fed Naikkan Suku Bunga, Rupiah Melemah
"Tunggu Jumat nanti," sambung Rio. Pernyataan Powell si Jackson Hole akan menjadi penentu dari sikap pelaku pasar kedepannya.
Biar tahu saja. Kata Rio, beberapa faktor di atas memang dapat mendorong USD untuk menguat. Tapi semua kembali lagi pada pernyataan Powell di hari Jumat.
"Walau begitu jika USD menguat pun, adanya JPY yang sedang berada dalam level-level intervensi dapat melawan kekuatan USD ini," katanya.