Tiba di Mesir, Iqbal langsung mengikuti ujian semester 1. Setelah itu dirinya mengikuti perkuliahan tatap muka selama 6 bulan hingga ujian semester 2.
"Setelah ujian pada bulan Juli, Iqbal libur semester 2, awal Agustus ia mulai tidak sehat," kata Saprudin, ayahnya kepadabakabar.com, Senin (16/8).
Kabar sakitnya Iqbal terdengar juga oleh masyarakat Tabalong. Bantuan mulai mengalir. Donasi dikumpulkan, salah satunya, oleh Forum Silaturahmi Al Azhar Mesir (Forsilam) dan Komunitas Sayangi Sesama (KS2) Tabalong.
Tujuannya tak lain membantu biaya perawatan Iqbal selama di rumah sakit di Mesir.
"Donasi terkumpul dari alumni Mesir sekitar Rp23 juta dan telah didistribusikan ke Mesir," kata Ustaz Fahmi.
Sementara, donasi yang dikumpulkan oleh KS2 Tabalong sekitar Rp6 juta. Semuanya sudah diserahkan ke orang tua Iqbal, Saprudin.
Keadaan Iqbal pasca-menjalani perawatan di rumah sakit Mesir sempat membaik. Namun, belum lagi ayahnya tiba menjenguk, datang kabar kalau ia telah berpulang.
"SayaJumat 13 Agustus berangkat dari Banjarmasin dan tiba di Jakarta sekitar pukul 15.00, istirahat malamnya dapat kabar ia drop dan subuhnya sekitar pukul 05.00 mendapat kabar Iqbal meninggal dunia," jelas Saprudin.
Saprudin bilang saat itu ia bingung mendapat kabar itu. Ada yang menyarankan menunggu di Jakarta.
Ia pun diminta untuk membuat surat permohonan ke Kedubes RI untuk jenazah supaya dipulangkan ke Tabalong.
Pihak kedutaan juga memintanya untuk menunggu di kampung saja, Tabalong, karena surat negatif PCR berlaku 2Ã24 jam.
"Misalnya menunggu kedatangan jenazah di Jakarta hasil swab PCR itu kedaluwarsa, sehingga bila positif tidak bisa pulang ke Tabalong. Sehinggasaya pun memutuskan pulang, dan menunggu di Tabalong," beber Saprudin.
Terkait kedatangan jenazah Iqbal, Saprudin menjelaskan dirinya mendapat informasi bahwa jenazah akan tiba di Jakarta Senin, 16 Agustus.
"Untuk ke Tabalong paling cepat malam ini, paling lambat besok, Selasa (17/8)," pungkasnya.