Histori

Januari 1928: Rekaman Banjir dalam 'Overstroomde Straat te Barabai'

Dua tahun lalu, Kalimantan Selatan mengalami musibah besar. Saat itu terjadi banjir dengan skala besar di 5 kabupaten/kota dan sekitarnya terendam oleh air bah.

Featured-Image
Situasi banjir yang terekam dalam dokumentasi Tichelman. Foto: Net.

bakabar.com, JAKARTA – Hari ini, dua tahun lalu, Kalimantan Selatan mengalami musibah besar. Saat itu terjadi banjir dengan skala besar di 5 kabupaten/kota dan sekitarnya tenggelam oleh air bah.

Satu di antara yang mengalaminya adalah wilayah Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Wilayah tersebut merupakan yang terparah pada tahun 2021 lalu saat terjadi banjir.

Dalam catatan sejarah periode kolonial Hindia Belanda hingga masa kemerdekaan, banjir di Barabai tahun 2021 menjadi yang terburuk dalam sejarah. Sebab, banjir pada tahun 1928 hanya mencapai sekitar 45 cm. Berbeda dengan banjir tahun 2021, yang mencapai 1,5 hingga 2 meter.

Banjir Barabai
Banjir Barabai dalam dokumentasi Tichelman. Foto: Net.

Banjir di wilayah Borneo bagian selatan memang periodik terjadi tiap tahun. Walaupun tingginya bervariasi, akan tetapi debitnya tidak terlalu tinggi. Sementara itu di wilayah Pagat, laju aliran terendah dan tertinggi ditemukan antara 8 dan 190 meter per detik.

Riwayat banjir yang terjadi di tahun 1928 itu lantas diabadikan Tichelman ke dalam beberapa buah foto banjir di Jalanan Barabai bertema ‘Overstroomde Straat te Barabai’.

Banjir Kalimantan Selatan dalam Catatan Sejarah

Hendrik Juriaan Schophuys dalam Het Stroomgebied Van De Barito (1936) menuliskan, banjir yang termasuk kategori berbahaya dan ditakuti penduduk terjadi sekitar bulan-bulan musim timur, Juli sampai Oktober. 

Mansyur dalam sebuah ulasan brtajuk Catatan Sejarah Banjir Barabai 1928 menuliskan di wilayah hulu, terutama di dataran rendah, perbatasan daerah perbukitan dan area perbukitan itu sendiri, banjir hanya bertahan beberapa hari. Terkadang bahkan hanya dalam hitungan jam.

Sekelompok anak-anak bermain air di Aloen-Aloen Barabai (sekarang Lapangan Dwi Warna), ketika banjir terjadi 13 Januari 1928. Foto: KITLV.
Sekelompok anak-anak bermain air di Aloen-Aloen Barabai (sekarang Lapangan Dwi Warna), ketika banjir terjadi 13 Januari 1928. Foto: KITLV.

Air limpahan hujan deras masuk sungai, sehingga air sungai naik dan turun kurang lebih dari 10 meter dalam waktu singkat. Banjir di wilayah hulu sungai terutama Barabai memang sering terjadi.

Sementara di area Gemeente Banjarmasin sendiri sangat minim. Satu di antaranya berkat upaya Fhonius, Insinyur pengelolaan air yang bertugas kala itu, yang telah merancang Banjarmasin minim banjir.

Banjir Berkala di Kalimantan Selatan

HALAMAN
12
Editor


Komentar
Banner
Banner