bakabar.com, JAKARTA - Di era kemajuan teknologi seperti saat ini, beragam jenis aplikasi semakin menjamur, dengan tujuan untuk menunjang keseharian penggunanya.
Namun, tanpa pengetahuan dan kewaspadaan, siapa pun yang lengah dapat menjadi korban eksploitasi data, salah satunya dari aplikasi yang digunakan sehari-hari.
Bahkan, dengan banyaknya aplikasi di ponsel pintar juga berpotensi lebih rentan diretas. Hal itu diungkapkan oleh pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom, Alfons Tanujaya.
Baca Juga: Acer Kenalkan Perangkat Komputer dengan Spesifikasi Dewa untuk Gamers
Menurut dia, gawai yang terlalu banyak aplikasi rentan diretas, dan siapa pun yang lengah bisa menjadi korban eksploitas data.
“Semakin banyak aplikasi, kamu semakin banyak menyediakan pintu untuk orang asing masuk,” kata Alfons dikutip dari Antara, Jumat (28/4).
“Setiap aplikasi itu pasti ada setidaknya satu persen atau 0,1 persen celah keamanan. Kalau di handphone ada 10 aplikasi saja berarti kerentanannya 10 kali lipat lebih tinggi,” tambah pendiri perusahaan antivirus komputer tersebut.
Dia menyebut, celah keamanan tersebut tidak bisa dianggap sepele karena banyak kasus eksploitasi data yang telah terjadi dari aplikasi atau perangkat lunak tanpa disadari oleh penggunanya.
Baca Juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Multiperangkat, 1 Akun Bisa Buka di 4 Ponsel
Untuk itu, Alfons menyarankan para pengguna gawai untuk secara rutin melakukan declutter, yakni merapikan, termasuk menghapus beberapa aplikasi yang jarang bahkan tidak pernah digunakan.
“Cara memulainya susun aplikasi ke dalam beberapa kategori, misalnya kategori game, finansial, media sosial, dan lain-lain. Dengan ini kita akan menyadari aplikasi mana saja yang tidak perlu,” pungkas Alfons.
Selain itu, kata dia, update atau memperbarui seluruh aplikasi yang dimiliki adalah suatu keharusan.
Setiap aplikasi pasti akan memerlukan pembaruan secara berkala, untuk menambah beberapa fitur baru hingga membenahi beberapa kesalahan atau bug.
Baca Juga: Kiat Menjaga Kata Sandi agar Aman dari Serangan Hacker
Alfons menjelaskan pembaruan itu juga kerap kali untuk memperkuat sistem keamanan aplikasi dari serangan para peretas.
“Meski sudah diperbarui pun masih ada kemungkinan kerentanan, tidak 100 persen aman, namun, setidaknya mengurangi resiko itu,” kata Alfons.
Menurutnya, aplikasi yang jarang atau bahkan tidak pernah diperbaharui, sangat berbahaya dan rentan untuk dieksploitasi oleh para peretas.
"Terlalu banyak aplikasi juga membuat pembaruan secara otomatis terhambat," tutupnya.