bakabar.com, JAKARTA – Hati-hati jika sering gonta-ganti pasangan seksual karena risiko tertular penyakit akan semakin besar. Salah satunya, penyakit sifilis.
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual akibat bakteri treponema pallidium. Sifilis sering dimulai dengan lecet yang tidak terasa sakit pada penis atau bagian kemaluan lain. Kemudian berkembang dalam tiga tahap yang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun.
Penyakit ini bisa berakibat fatal bagi penderitanya jika dibiarkan. Bukan hanya kerusakan serius pada organ otak, tapi juga mengakibatkan terganggunya sistem saraf, jantung hingga mengancam jiwa penderitanya.
Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Wresti Indriatmi seperti dilaporkan Antara, mengungkapkan risiko tertular sifilis melalui satu hubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi sekitar 3-10 persen.
Parahnya, penyakit ini juga menular dari ibu hamil kepada bayi atau janin saat dalam kandungan. Bisa juga saat bayi melewati jalan lahir yang terdapat lesi sifilis atau menular melalui darah atau produk darah yang tercemar.
Gejala penyakit ini tergantung stadium penyakitnya. Secara umum, ada empat stadium sifilis, yakni primer, sekunder, laten dan tersier.
Pada Sifilis primer, bakteri memperbanyak diri pada tempat inokulasi dan membentuk chancre (lesi pada kulit yang keras, tidak gatal, biasanya berdiameter antara 1 cm dan 2 cm).
Pada Sifilis sekunder, sifilis menyebar ke kelenjar getah bening setempat, kemudian ke pembuluh darah.
Pada Sifilis laten, penyakit itu sudah mulai mengenai banyak organ tubuh hingga akhirnya pada tingkatan tersier, terjadi infeksi atau inflamasi pembuluh darah dalam susunan syaraf pusat dan sistem kardiovaskular, atau membentuk lesi gumma.
“Jika infeksi tidak diobati akan merusak organ-organ tubuh seperti kebutaan, jantung, otak, saraf, pembuluh darah, tulang, kelumpuhan, dimensia, tuli, impotensi, hati bahkan kematian,” ungkap Wresti.
Menurut Wresti, tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan pada gejala sifilis laki-laki atau perempuan. Namun, penderita laki-laki cenderung lebih banyak dibandingkan perempuan.
Mengenai pemeriksaan terhadap sifilis, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDSV dari Klinik Pramudia menjelaskan, ada empat tahapan yang biasa dilalui pasien, yakni pemeriksaan fisik pada selaput lendir dan kulit pada stadium primer dan sekunder.
Setelah itu, pemeriksaan Lab serologi darah (VDRL, TPHA) yang lazim digunakan untuk skrining awal dan lanjut, diiikuti pemeriksaan Dark-Field Microscopy dan pemeriksaan CSF/Carian Serebrospinal pada Neurosifilis.
“Jika sudah diketahui seseorang terkena Sifilis, maka perlu segera dilaksanakan tatalaksana pengobatan Sifilis. Hingga saat ini bakteri Treponema Pallidum masih sensitif terhadap antibiotik Penisilin, sehingga obat pilihan utama terapi tetap dengan pemberian antibiotik golongan penisilin,” kata Anthony.
Menurut dia, pemberian penisilin dapat melalui oral atau injeksi intramuskular dengan dosis yang berbeda-beda, tergantung stadium penyakit sifilis dan co-morbidititas (penyakit atau kondisi penyerta).(ant)
Baca Juga:21 Anak di Banjarmasin Mengidap HIV/AIDS
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin