bakabar.com, MARABAHAN – Debit banjir kiriman di Barito Kuala belum tampak menurun. Bahkan air sudah memutus ruas jalan nasional di tiga kecamatan.
Selain Kecamatan Alalak, jalan nasional yang tergenang berada di Kecamatan Rantau Badauh dan Mandastana.
Setidaknya terdapat tujuh titik genangan dengan kedalaman dan panjang bervariasi. Namun terdapat dua titik terparah, semuanya berada di Kecamatan Mandastana.
Titik parah pertama terletak di kawasan Desa Puntik Tengah, tepatnya antara Ray 12 dengan Ray 4 sepanjang kurang lebih 500 meter.
Tergenang sejak, Jumat (15/1), kedalaman air di kedua titik tersebut terus meningkat. Dari semula 30 sentimer, sudah berubah menjadi hingga 60 sentimeter, Minggu (17/1).
Sedangkan titik kedua terletak di Desa Puntik Luar. Dimulai dari depan Sistem Resi Gudang (SRG) Mandastana, hingga ujung halaman Asphalt Mixing Plant milik PT Sumber Sinar Cahaya.
Kedalaman di titik ini terbilang paling parah, karena mendekati 90 sentimeter. Alhasil banyak sepeda motor yang mogok, akibat busi atau knalpot kemasukan air.
“Daripada ikut mogok, saya lebih memilih bersabar menunggu pick up lewat. Lalu motor dinaikkan sampai melewati banjir,” jelas Sugianto, salah seorang warga Marabahan.
Sementara pengendara mobil juga mesti berhati-hati. Terutama mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) sejenis Toyota Avanza, Honda Mobilio maupun Daihatsu Xenia, kedalaman air sudah mencapai knalpot.
“Agak khawatir juga kalau air masuk knalpot. Mungkin daripada terjebak banjir, lebih baik menunggu jalan tidak terlalu padat, sehingga tak tertahan di kedalaman,” beber seorang pengemudi bernama Aris.
Ironisnya, kedalaman air berbarengan dengan kembali jebolnya oprit jembatan di Jalan Ahmad Yani Kilometer 55 di Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar.
Situasi itu membuat arus lalu lintas dari Banua Enam ke Banjarmasin maupun sebaliknya, kembali harus dialihkan.
Untuk mencapai Banjarmasin dan sebaliknya, pengendara dari Hulu Sungai mesti melalui jalur truk tambang di Kilometer 71 atau via Sungai Puting, Kabupaten Tapin.