jalan kaki

Jalan Kaki, Olahraga Paling Efektif untuk Obesitas

Orang dengan kondisi obesitas kerap bingung untuk mulai berolahraga. Jalan kaki adalah pilihan yang aman dan mudah.

Featured-Image
Kasus Obesitas di Indonesia melonjak. Foto: stock

bakabar.com, JAKARTA - Orang dengan kondisi obesitas kerap bingung untuk mulai berolahraga. Jalan kaki adalah pilihan yang aman dan mudah.

Aktivitas fisik bagi penderita obesitas menjadi salah satu bagian dari intervensi mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Hal ini penting untuk pembentukan rutinitas fisik. Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Gizi lulusan Universitas Indonesia (UI) dr.Maryam, Sp.GK.

Menurut dr. Maryam, jalan kaki secara rutin dan terjadwal bisa menjadi aktivitas fisik yang ideal bagi penderita obesitas untuk menurunkan berat badannya dan menjadi lebih sehat. Setelah aktivitas fisik berjalan kaki sudah rutin dilakukan, Maryam mengatakan penderita obesitas bisa menambah aktivitas fisik lainnya seperti berjalan cepat hingga bersepeda dengan sepeda statis.

"Aktivitas fisik ini penting bagi orang dengan obesitas. Hal yang paling mudah dilakukan yaitu jalan kaki, karena dengan kelebihan lemak tubuh, saat berjalan pun mereka membutuhkan usaha. Sehingga, jalan kaki selama setengah jam dalam satu hari sudah ideal dan sangat baik," kata dokter Maryam seperti dikutip dari Antara, Rabu (6/9).

Baca Juga: Kecanduan Gadget, Bisa Ganggu Kesehatan Mata Hingga Obesitas

"Untuk aktivitas fisik yang memiliki gerakan meloncat atau jump tidak disarankan bagi orang dengan obesitas karena berpotensi menyebabkan cedera lutut," katanya menambahkan.

Penting juga Mengatur Pola Makan dan Pola Tidur

Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) itu kemudian mengingatkan selain aktivitas fisik, penderita obesitas juga perlu mengubah komposisi makanan, pola tidur, hingga pengelolaan stres.

Untuk komposisi makanan bagi penderita obesitas, Maryam menyarankan komposisi itu terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, dan serat sehingga tubuh tetap mendapatkan nutrisi yang seimbang.

Secara rinci komposisi itu bisa terdiri atas 50 persen karbohidrat, protein dengan formula 0,8-1,2 gram/kilogram berat badan per hari, lemak 25 persen, serat 20-30 gram per hari.

Maryam juga mengingatkan, penderita obesitas juga harus bisa mengatur pola tidur agar tidak terlalu larut dan mengelola stres agar tetap dapat menjaga hormon dapat seimbang.

"Jadi tidak cuma mengatur komposisi makanan dan juga aktivitas fisik tapi juga pola tidur dan pengelolaan stres perlu diperhatikan. Karena apabila kekurangan waktu tidur dan juga stres tidak dikelola dengan baik maka hormon lapar atau ghrelin ini bisa terus meningkat produksinya dan membuat penderita obesitas terus merasa lapar," kata Maryam menjelaskan. 

Obesitas Masih Jadi Masalah di Indonesia

Kasus obesitas atau berat badan berlebih di Indonesia menjadi salah satu kasus yang menjadi perhatian pemerintah.

Menurut data Kementerian Kesehatan diketahui 1 dari 3 orang dewasa Indonesia mengalami obesitas. Sementara untuk anak, didapati hasil 2 dari 5 anak berusia 5-12 tahun juga mengalami masalah kelebihan berat badan.

Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga terlihat terdapat tren peningkatan berat badan pada orang dewasa Indonesia.

Peningkatan kasus berat badan berlebih ini meningkat dua kali lipat dari data Riskedas 2007 yang berjumlah 19,1 persen, naik di 2018 menjadi 35,4 persen.

Editor


Komentar
Banner
Banner