bakabar.com, BARABAI – Sebagian ruas Jalan Pasar Lama Ilung Desa Hapingin, Kecamatan Batang Alai Utara (Batara), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) yang amblas sejak Sabtu (01/06/2019) tadi, bertambah parah.
Amblasnya ruas jalan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HST itu semula hanya sekitar 10 centi meter dengan panjang 60 meter dan kemudian ambalas pada bagian tengah jalan.
Namun kini, amblasnya jalan itu melebihi dari 3 meter dan sepanjang 80 meter, Senin (10/06/2019). Nampak, Sungai Batang Alai pun ikut menyempit, akibat amblas jalan dan tanah di tebing terus bergeser.
Bahkan, ruas jalan tersebut sudah tidak bisa dilalui kendaraan roda dua. Tak hanya itu, yang menyebabkan amblasnya jalan itu hampir mendekati rumah warga. Hanya berjarak 2 meter, sudah mengenai teras rumah salah satu warga, Idah.
“Kami khawatir rumah kami kena. Kalau sampai rumah, mau tinggal di mana. Kami tak punya tanah lagi,” kata istri Idah kepada bakabar.com, Senin (10/6).
Disebutkan Idah, salah satu warga lainnya yakni Upik, terpaksa harus mengungsi ke rumah kerabatnya. Sebab beberapa tiang rumahnya sudah tergantung dari tanah.
“Walaupun tiang itu sudah gantung sejak lama, selama ini aman saja. Tapi sejak jalan itu amblas, khawatir aja kalau-kalau terkena dampak amblas itu,” terangnya.
Sekarang warga terpaksa membuat jalan alternatif di belakang rumah warga.
Mengambil data dari Kecamatan Batara, terdapat 22 rumah yang dihuni oleh 61 jiwa di sepanjang jalan rusak itu.
Menanggapi hal itu, Pemkab HST menyatakan telah memerintahkan Dinas PUPR agar segera melakukan langkah perbaikan.
Namun untuk perbaikan secara permanen jalan yang amblas itu baru bisa dilakukan pada tahun anggaran 2020.
“Untuk solusi jangka panjang, secara teknis dan anggaran tentunya akan terlebih dahulu diperhitungkan secara cermat, apakah dengan merelokasi jalan atau melakukan penyiringan,” kata Bupati HST, H A Chairansyah saat meninjau langsung jalan itu.
Sementara dari dinas PUPR akan melakukan penyiringan secara swakelola di bawah budget Rp200 juta untuk keperluan tanggap darurat. Perbaikan permanen menunggu perencanaan penganggaran Tahun 2020.
“Kami tidak dapat serta merta mengambil langkah perbaikan, mengingat tanah di sekitar longsor masih labil,” kata Kabid Bina Marga Dinas PUPR HST, H A Jauhari.
Lebih lanjut Jauhari menegaskan, relokasi jalan dan penyiringan menggunakan besi baja sama-sama memerlukan biaya yang besar.
“Kita akan mempelajari secara teknis, yang jelas penyiringan memakan biaya yang lebih murah,” tegasnya.
Dinas PUPR, jelas Jauhari akan terus mengobservasi pergerakan tanah. Karena menurutnya tanah itu masih bisa turun.
“Begitu mencapai titik stagnan penurunan tanah, barulah dapat dilakukan pengurukan agar sementara dapat dilewati minimal roda dua,” jelas Jauhari.
Sementara Kecamatan Batara dengan BPBD, Balakar 654, Koramil dan Polsek mengantisipasi hal yang tak diinginkan dengan mendirikan posko pantau tanah longsor.
Baca Juga:Banjir Satu Meter, Warga Desa Bakarangan Terisolir
Baca Juga:Pemkab Tanah Bumbu Keluarkan Status Tanggap Darurat Bencana Banjir
Reporter: AHC 11
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin