Kalsel

Jaga Protokol Kesehatan, Karantina Pasien Positif Sudah Penuh

apahabar.com, MARABAHAN – Menyikapi keterbatasan tempat karantina pasien positif Covid-19 tanpa gejala, warga Barito Kuala (Batola)…

Featured-Image
Berkapasitas 50 orang, karantina SKB Batola hanya dapat menampung 30 pasien positif Covid-19. Foto-Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Menyikapi keterbatasan tempat karantina pasien positif Covid-19 tanpa gejala, warga Barito Kuala (Batola) diimbau lagi untuk lebih disiplin mengikuti protokol kesehatan.

Batola sudah mengkonfirmasi 222 kasus positif, terhitung sejak 6 April hingga 16 Juni 2020.

Sedikitnya 28 orang di antaranya berhasil disembuhkan dan 115 masih dalam perawatan.

Penanganan 115 pasien tersebut dilakukan di berbagai tempat.

Dirawat di RSUD Abdul Aziz Marabahan sebanyak 4 orang, RSUD Ansari Saleh 7 orang, RS Bhayangkara 3 orang, RS Ulin 2 orang dan RS Sari Mulia 1 orang.

Juga terdapat 30 pasien tanpa gejala yang di karantina di SKB Batola, kemudian Mess KTM 6 orang.

Selanjutnya 60 orang lagi mengisi karantina provinsi, baik di Kampus II Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDM) maupun Bapelkes Kalimantan Selatan di Banjarbaru.

Namun belum semua pasien dapat di karantina, karena 78 orang lain masih menjalani isolasi mandiri di rumah.

Situasi ini terbilang mengkhawatirkan, mengingat pasien-pasien tidak dapat dipantau penuh selama 1×24 jam.

“Kami mengusahakan semua kasus konfirmasi positif di karantina,” papar juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid 19 Batola, dr Azizah Sri Widari, Kamis (18/6).

“Masalahnya semua tempat karantina mulai penuh, baik yang dikelola provinsi maupun kabupaten,” tambahnya.

Pemprov Kalsel sendiri sudah mengkonfirmasi kepadatan pasien di Kampus II BPSDM dan Bapelkes di Banjarbaru sudah mulai penuh.

Solusinya mereka mulai mempersiapkan Kampus II BPSDM dan Asrama Haji. Namun demikian, tetap dibutuhkan waktu untuk melakukan persiapan.

“Sembari menunggu kesiapan dua tempat karantina provinsi yang baru, pasien konfirmasi positif menjalani isolasi mandiri di rumah,” beber Azizah.

“Kami tidak bisa memaksakan mereka ditampung di SKB dengan berbagai pertimbangan,” tambahnya.

Sedianya SKB Batola memiliki kapasitas 50 orang. Tetapi karena penempatan pasien harus berdasarkan kategori, kapasitas itu tak dapat dimaksimalkan.

“Pasien swab pertama negatif menempati satu kamar, sehingga total disediakan dua kamar untuk laki-laki dan wanita. Demikian pula swab pertama yang masih positif,” jelas Azizah.

“Juga terdapat OTG yang berhubungan dekat dengan pasien positif. Situasi ini membuat kapasitas SKB tidak bisa dimaksimalkan,” tandasnya.

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner