bakabar.com, JAKARTA – Meski bukan pertanda kesedihan, air mata membanjiri Istora Senayan yang melepas kepergian Greysia Polii dari dunia bulutangkis profesional, Minggu (12/2).
Tercatat sejak pukul 07.00, Istora Senayan mulai dipadati penggemar-penggemar badminton. Padahal pintu masuk ke arena lapangan baru dibuka pukul 08.30 WIB.
Penggemar dari berbagai kawasan tersebut, rela datang lebih awal demi menyaksikan acara pamitan Greysia Polii.
Seremoni perpisahan itu dimulai dengan pemutaran video perjalanan karier Greysia Polii. Tampak wanita berusia 33 tahun itu tak kuasa menahan air mata.
Suasana sesi berikutnya sedikit lebih riang, karena pebulutangkis peraih emas Olimpiade 2022 itu melakoni pertandingan persahabatan meladeni rekan maupun lawan yang pernah dihadapi.
Partai pertama adalah 3 vs 3, ketika Greysia berpasangan dengan Wang Chi Lin dan Anthony Ginting. Adapun melawan Tai Tzu Ying, Hendra Setiawan, dan Jonatan Christie.
Pertandingan ini hanya digelar hingga skor 11 atau interval. Greysia Polii cs pun berhasil mengalahkan Hendra Setiawan dkk dengan skor 11-8.
Selanjutnya Greysia Polii berpasangan dengan Yuta Watanabe dalam partai ganda campuran. Mereka kalah 10-11 dari Wang Yi Lyu dan Sapsiree Taerattanachai.
Kemudian di partai persahabatan terakhir, tujuh pebulutangkis putri masuk ke lapangan untuk pertandingan 4 vs 4.
Diketahui keenam pemain tersebut merupakan musuh bebuyutan Greysia sepanjang karier. Hanya Chen Qing Chen yang absen, karena harus bermain di final Indonesia Master 2022.
Greysia tergabung dengan Shin Seung Chan, Jongkolphan Kititharakul dan Thinaah Muralitharan. Mereka melawan Misaki Matsumoto, Huang Dong Ping, Gabriela Stoeva dan Ashwini Ponnapa.
Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 7-5 untuk kemenangan Greysia Polii cs. Seluruh skor yang tercetak dikalikan Rp3 juta dan akan disumbangkan.
Suasana haru kembali terasa, ketika Greysia Polii harus menyampaikan kata-kata perpisahan secara langsung kepada suporter.
Greysia mengawali dengan cerita kenangan pertama kali bermain di Istora, serta perasaan ketika berhasil menjadi juara di tempat tersebut.
“Perjalanan selama 30 tahun sangat tidak mudah. Tidak jarang saya merasa letih dan betul-betul tidak ingin melanjutkan,” papar Greysia Polii dengan suara bergetar.
“Namun kasih dan cinta dari Indonesia terus memberikan saya kekuatan,” imbuhnya sembari disahut tepuk tangan seisi Istora Senayan.
Tangis Greysia Polii akhirnya benar-benar pecah, ketika melakukan victory lap. Sambil membawa Merah Putih di punggung, Greysia melambaikan tangan kepada penggemar, lalu bersalaman dengan rival-rival di lapangan.