bakabar.com, TANJUNG – Selama pandemi Covid-19, guru masih memberikan pembelajaran dalam jaringan (daring). Ini membuat guru memiliki lebih banyak waktu luang.
Tak ingin waktu terbuang percuma, salah seorang guru di Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong memanfaatkannya dengan berkebun sayuran hidroponik.
Guru tersebut bernama Asri Fatimah. Dia adalah guru di Sekolah Dasar Negeri 1 Pulau Kuu, Muara Uya. Dia dibantu sang suami membangun bisnis hidroponik sederhana dengan dua buah instalasi media tanam terbuat dari pipa di pekarangan rumahnya.
Kepada bakabar.com, Asri Fatimah mengatakan, saat ini dirinya sudah mempunyai dua instalasi hidroponik dengan lobang masing-masing 60 dan 200.
Berbisnis sayuran hidroponik ini sudah dilakoninya sejak 3 bulan yang lalu. Adapun yang ditanam adalah selada yang biasa digunakan membuat hamburger atau kebab, bisa juga untuk lalapan warung Lamongan.
“Sejak tanam, sayuran ini akan dipanen 40 hari ke depan, ini sudah kali ke 4 kami memanennya,” kata Asri, Senin (22/2).
Harga selada Rp 30 ribu per kilogramnya, namun dirinya hanya menjual Rp 25 perkilogram.
Tiap batang Selada beratnya mencapai 1,5 hingga 2 ons. Jadi dalam 100 lobang bisa menghasilkan Rp 250 ribu.
“Setiap panen, Rp 2500 harga per batang dikali 260 loban, maka sekali panen kami menghasilkan Rp 650 ribu, belum dipotong modal sekitar 25 persen. Itulah hasil tambahan yang diperoleh,” jelas Asri.
Untuk jaringan hidroponik sendiri, ukuran kecil 60 lobang memerlukan biaya Rp 800 ribu dan lobang 200 memakan biaya Rp 1,7 juta.
Ke depan, Asri berencana menambah jaringan instalasi hidroponiknya, mengingat mudahnya memasarkan sayurnya.
“Bila modal sudah terkumpul, kami berencana menambah kembali jaringan hidroponik ini,” pungkasnya.