bakabar.com, KOTABARU – Kisah inspiratif datang lagi dari Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Sebelumnya, polisi berseragam di Kelumpang Hulu juga viral setelah merangkap imam sekaligus khatib saat Salat Iduladha lalu.
Seakan tak mau kalah dengan Kapolsek Kelumpang Hulu Iptu Shomad, kini giliran tiga polisi menginisiasi pembangunan musala di Desa Sigam, Pulau Laut Sigam.
Ketiganya ialah Bripka Catur Susilo Utomo, Aipda Rony Svitri, serta Bripka Sudirman Pardi.
Di tengah kesibukannya bertugas di Polres Kotabaru, ketiganya diam-diam memendam hasrat mengarsiteki sebuah rumah ibadah.
“Warganya mayoritas tinggal di Perumnas. Jadi, agak kurang akrab. Munculah ide bangun musala, biar bisa silaturahmi dan berjemaah salat,” ujar Bripka Catur.
Nantinya, rumah ibadah ini akan diberi nama Darrun Na’im. Letaknya tepat di RT 03, Desa Sigam, Pulau Laut Sigam, Kotabaru.
“Darun Na’im artinya jalan menuju surga,” ujarnya.
Tepat hari ini, Ahad (10/10) proyek musala resmi dimulai. Ditandai dengan peletakan batu pertama oleh para habaib, tokoh, dan puluhan warga setempat.
Musala Darun Na’im didirikan di atas lahan yang telah dihibahkan warga. Luasnya 20×20 meter persegi. Sementara, badan bangunannya 6×7 meter persegi ditambah teras.
Menariknya, bangunan ini ditaksir akan menelan dana sekitar Rp403 juta lebih. Fasilitasnya akan serasa masjid. Full pendingin ruangan. Hal yang jarang ditemui di Kotabaru, bahkan di masjid sekalipun. Sebuah menara juga akan mempercantik musala berornamen khas Karawang, Jawa Barat ini. Jemaah akan bisa menikmati selasar, atau teras di sekeliling musala.
“Kapasitasnya bisa menampung lebih 50 jemaah,” ujarnya.
Kini, dana pun terus mengalir deras dari kantong para dermawan. Material di tahap pertama sudah cukup.
“Tapi, bagi donatur yang ingin berinfak juga kami persilakan,” tambah Ketua Panitia Pembangunan Musala, Sariansyah.
Penasehat pembangunan, sekaligus tokoh Sigam, Abdul Kadir, mengapresiasi inisiatif para polisi ini.
Menurutnya, ide mulia tersebut telah menjawab kebutuhan warga yang lama mendamba sebuah musala. Pasalnya, jarak antara masjid atau musala dari permukiman saat ini cukup jauh.
“Kami, mewakili warga lainnya di Sigam ini mengucapkan terima kasih. Semoga proses pembangunannya lancar. Dan ke depan terisi penuh sesak akan jemaah,” harapnya.
Sementara, Bripka Catur melihat suasana religius menjadi unsur penting dalam strategi penciptaan masyarakat yang aman dan tertib.
“Lewat silaturahmi, dan seringnya ibadah berjemaah,” ujarnya.
Lain lagi dengan Bripka Sudirman. Ia memandang asas kemanfaatan musala ini juga tak hanya akan dirasakan warga sekitar melainkan warga umum di jalur Pulau Laut Sigam.
“Ini lokasi musalanya kan di pinggir jalan. Jadi, siapapun pengguna jalan, juga wisatawan yang datang dari wisata Pantai Gedambaan bisa mampir beribadah, juga istirahat,” Dirman, didampingi Aipda Rony Savitri.