bakabar.com, BATULICIN – Minimnya informasi tentang Kabupaten Tanah Bumbu di mesin pencari membuat sejumlah pegiat seni dan sastra yang tergabung di Majelis Hahahihi gelisah.
Karena itu, dalam waktu dekat mereka bakal menggelar workshop untuk mengajak para guru, pelajar, dan pegiat media sosial, untuk kembali menulis di blog atau website.
“Kalau kita cari di Google, misalnya, informasi tentang Tanah Bumbu itu minim sekali, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan kesenian dan kebudayaan,” ucap Aris Purnomo, salah satu dedengkot Majelis Hahahihi, Selasa (30/6).
Padahal, menurut pria yang dikenal sebagai pelukis itu, beberapa kegiatan yang berkaitan dan seni dan budaya cukup banyak digelar di Tanah Bumbu.
Hanya saja karena tidak ada yang menulis di blog, informasi itu tidak bisa diakses melalui mesin pencari. Dia pun mengajak rekan-rekannya untuk menulis kembali di blog.
“Ambil contoh, saat saya punya pandangan perkembangan soal seni tari, saya akan menulis itu. Dan saya harus bisa melihat tulisan saya beredar di dunia maya. Begitu pun dengan para penikmat tari di Tanbu. Sebaliknya, ketika yang lain mau melihat pergerakan seni sastra atau seni rupa, maka mereka dapat melihat dan mencari itu di mesin pencari,” jelasnya.
Usulan Aris ini pun mendapat banyak dukungan dari rekan-rekannya. Arif Rahman, misalnya, mengaku siap mendukung rencana tersebut.
Guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Karang Bintang ini juga pernah meraih juara pertama pada event lomba blog khusus guru tingkat Kabupaten Tanah Bumbu.
“Setelah pandemi ini saya memang ada rencana mengajarkan siswa saya ngeblog. Mudah-mudahan nanti bukan hanya pelajar saja pesertanya, tapi juga dari pegiat media sosial juga ikut,” katanya.
Sementara Rendi Vukalus menilai minimnya informasi daerah yang bisa ditemui di mesin pencari salah satunya karena tren ngeblog yang mulai ditinggalkan masyarakat, terutama kaum millenial.
“Sekarang orang lebih tertarik ke Instagram. Tapi harus diakui ngeblog juga penting,” sebut guru yang penampilannya mirip dengan legenda Benyamin S.
Selama tiga bulan terakhir, saat Covid-19 melanda nyaris di seluruh dunia, kegiatan Majelis Hahahihi yang biasanya digelar di ruang terbuka terpaksa juga disetop untuk sementara. Namun, forum tersebut menggantinya dengan kegiatan secara daring.
Beberapa waktu lalu, mereka menggelar bedah buku “Aku Ingin Lahir dari Rahim Puisimu” karya Ikhlas El Qasr, penyair asal Angsana, Tanah Bumbu. Sebelumnya mereka juga membuka “Kelas Kata”, sebuah kelas menulis artikel yang sebagian besar pesertanya adalah para guru.
Editor: Puja Mandela