Tak Berkategori

Inflasi Kalsel Tembus 0,90 Persen, Imbas Gerakan 22 Mei?

apahabar.com, BANJARMASIN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel melaporkan inflasi Mei 2019 menembus 0,90 persen. Secara…

Featured-Image
Massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa (21/5 – 2019). Foto-Antara/Reno Esnir

bakabar.com, BANJARMASIN – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel melaporkan inflasi Mei 2019 menembus 0,90 persen.

Secara sederhana, inflasi adalah penanda meningkatnya harga-harga bahan pangan secara umum dan terus-menerus dalam periode tertentu.

Inflasi saat momen Ramadan ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi Bank Indonesia yang memperkirakan laju inflasi sebesar 0,51%.

Tingginya angka inflasi ini ditengarai tak terlepas dari suhu politik nasional yang tengah memanas. Terlebih, pasca gerakan 22 Mei, di depan Gedung Bawaslu, belum lama kemarin.

“Ramadan kan sebuah rutinitas. Namun, terdapat faktor lain yang memicu inflasi, yakni masalah perpolitikan kita,” ucap Pengamat Ekonomi sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen (YLK) Kalimantan Selatan, Akhmad Murjani kepada bakabar.com, Selasa sore.

Gerakan 22 Mei, sebut dia, terindikasi ikut memengaruhi perekonomian daerah. Misalnya, memutus urat nadi perekonomian dengan terganggunya distribusi barang.

“Pemasok kebutuhan pokok itu tak lepas dari Pulau Jawa, misal transportasi tersendat. Lantaran terdapat kewaspadaan dari para pemilik alat transportasi, sehingga mengakibatkan kenaikan harga,” tegasnya.

Bukan hanya itu, faktor cuaca esktrem yang melanda belakangan ini berimbas pada menurunnya hasil dari produksi pertanian di Banua. Tak sedikit petani yang gagal panen, harga beras pun melambung.

“Apalagi, kita lihat di seluruh kabupaten atau kota di Kalsel terdapat daerah yang banjir. Itu sangat berdampak terhadap pertanian, misalnya [harga] padi dan ikan naik,” tuturnya.

“Pastinya inflasi juga dikarenakan naiknya permintaan di Ramadan dan menjelang Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah.”

Selain itu, dirinya meminta agar Pemda melalui Dinas Perdagangan setempat agar terus melakukan kontrol dan pengawasan terhadap para pedagang yang semena-mena menumpuk barang dan menaikan harga.

Mengingat, ujar dia, apabila kenyataan itu dibiarkan secara terus menerus, maka konsumen yang dirugikan.

“Pemda harus gencar menjalankan program operasi pasar dan pasar murah untuk menekan tingkat inflasi di Kalsel,” tutupnya.

Mengutip data BPS, angka inflasi Mei 2019 di Kalsel lebih tinggi dari nasional, yang hanya mencapai 0,68%.

Sayangnya, inflasi Mei 2019 lebih tinggi dibandingkan ekspektasi Bank Indonesia yang memperkirakan laju inflasi sebesar 0,51%.

Komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi di Kota Banjarmasin, antara lain ikan bakar, beras, kue kering berminyak, pepes ikan, angkutan laut.

Sedangkan di Kota Tanjung, mengalami inflasi sebesar 0,98 persen. Daging ayam ras, gula pasir, kangkung, beras, dan tomat sayur, jadi biang kerok. Dua daerah tadi menjadi daerah acuan menghitung inflasi di Kalsel.

Secara keseluruhan 82 kota mengalami inflasi. Hanya 1 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Kota Tual sebesar 2,91 persen, dan terendah di Kediri 0,05 persen. Satu Kota mengalami deflasi yaitu Kota Merauke sebesar 0,49 persen.

Baca Juga: Dukung Pariwisata Lokal, Dit Pam Obvit Polda Kalsel Kunjungi Galeri PPHH

Baca Juga: Semua Fraksi di DPRD HSS Setujui 3 Raperda yang Diusulkan

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner