bakabar.com, JAKARTA - Inflasi Amerika Serikat membawa angin segar untuk perdagangan saham, Jumat (11/8). Pagi ini, IHSG berpotensi menguat.
"Berdasarkan analisa. Kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance 6.851-6.931," papar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Jumat pagi.
Pada ending perdagangan, Kamis (10/8) tadi, IHSG ditutup menguat 18 poin ke level 6.893. Penguatan didominasi sektor energi.
Tren penguatan itu diyakini berlanjut di hari terakhir perdagangan pekan ini. Data inflasi AS yang baru saja dirilis berdampak pada pergerakan pasar.
"Bagaimana tidak, data inflasi secara MoM tetap naik 0,2 persen, dan secara YoY mengalami kenaikkan dari sebelumnya 3 persen menjadi 3,2 persen," jelasnya.
Lebih menarik, kata dia, soal inflasi inti yang mengalami penurunan. Sebelumnya dari tahun ke tahun (YoY) 4,8 persen menjadi 4,7 persen.
Situasi itu membuat pelaku pasar menaruh hati. Karena ada peluang The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) memainkan scenario yang berbeda.
"Sejauh kami memandang, tentu penurunan inflasi inti sebesar 0.1% memberikan harapan," katanya.
Namun mesti diingat. Meski pasar saham menguat, imbal hasil US Treasury justru mengalami kenaikan pada hari ini. Karena masih cukup banyak pelaku pasar dan investor yang yakin bahwa tingkat suku bunga masih akan dinaikkan.
"Ini akan mendorong kenaikkan imbal hasil obligasi. Jadi tetap perhatikan pergerakan obligasi hari ini," tutup tim Pilarmas Investindo Sekuritas itu.