bakabar.com, BANJARMASIN – Tingkat partisipasi pemilih di Pilkada Serentak Kalimantan Selatan (Kalsel) 2020 diprediksi menurun.
Hal itu dibenarkan Pengamat Politik dan Kebijakan Publik FISIP ULM Banjarmasin, Dr Budi Suryadi.
“Memang dari awal sudah kita prediksi,” ucap Budi Suryadi kepada awak media, Jumat (12/12) siang.
Menurut Budi, terdapat sejumlah alasan fundamental yang menyebabkan menurunnya tingkat partisipasi pemilih di Kalsel.
Salah satunya yakni pola yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi pandemi Covid-19.
“Kita berkaca juga dengan pemilu di Amerika Serikat (AS) yang partisipasi pemilih hanya 66 persen. Berarti kita maklumi mengapa KPU hanya berani memplot 77 persen,” katanya.
Sebelumnya, ia menyarankan agar jumlah tempat pemungutan suara (TPS) harus diperbanyak karena menghadapi pandemi Covid-19.
“Misalnya di Banjarmasin 1.000 TPS, maka harus dipecah menjadi 1.500 – 2.000 TPS karena mengurangi kerumunan. Jadi satu TPS yang dahulunya 300 pemilih, menjadi 150 pemilih,” bebernya.
Namun lantaran adanya penghematan anggaran, maka hal itu tak direalisasikan. Bahkan pada 1 TPS terdapat 450 pemilih.
“Ini langkah yang sebenarnya dipertimbangkan, karena berimplikasi kepada partisipasi pemilih. Ini menimbulkan ketakutan bagi pemilih untuk hadir,” tegasnya.
Ia menilai undangan kepada pemilih berdasarkan waktu yang telah ditentukan justru kurang efektif.
“Kalau memperbanyak TPS, seakan jemput bola,” ungkapnya.
Sementara itu, Komisioner KPU Kalsel, Edy Ariansyah belum bisa berkomentar terkait prediksi tersebut.
“Belum bisa komentar. Data pengguna hak pilihnya belum rekap,” tandasnya.