bakabar.com, JAKARTA - Megaproyek IKN mengusung konsep kota ramah lingkungan. Misinya menekan angka emisi karbon serendah mungkin di ibu kota baru.
Untuk melancarkan konsep itu, Badan Otorita Lingkungan bakal membuat aturan. Terkait kendaraan yang menjadi alat mobilitas harian di IKN.
Yang mana paling tidak harus menggunakan kendaraan listrik untuk kendaraan pribadinya. Agar dapat menekan jumlah emisi perkotaan.
Baca Juga: Lagi! 20 Investor Megaproyek IKN Groundbreaking November
"Semuanya green tidak boleh ada kendaraan yang pakai BBM ke dalam (IKN), semuanya kita pakai kendaraan yang ramah lingkungan. Apakah itu listrik atau hidrogen dan sebagainya," ujar Kepala Otorita (IKN), Bambang Susantono di Jakarta, Selasa (26/9).
Di samping itu, pengadaan listrik juga bakal diupayakan untuk menggunakan energi baru terbarukan. Baik untuk kebutuhan listrik kota, maupun residensial. Seperti rumah Menteri, hingga rusun ASN.
Terkait pengadaan kebutuhan listrik kota dari EBT. Saat ini PT PLN (persero) sudah berkomitmen untuk membangun pembangkit listrik ramah lingkungan dari solar panel dengan kapasitas awal 50 Mega Watt (MW) hingga tahun 2024.
Selain itu juga akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 70 MW di Tanah Laut pada tahap awal.
Ada juga yang jangka panjang. PT PLN berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Yang nantinya siap mendukung kawasan IKN, dengan kekuatan hingga 1.000 MW.
Penting untuk tahu. Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN Agung Wicaksono sempat membeberkan dalam acara UEA - Indonesia Economic Business Forum 2023.
Terdapat 2 LOI (letter of intent) yang telah dikantongi oleh OIKN. Dalam hal ini, untuk pengembangan EBT. Yang mana keduanya berasal dari Uni Emirate Arab.
Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Rp110,2 M untuk Jalan Penyangga IKN
"So far memang ada 2 (LOI) tapi dengan forum ini dan kemarin menteri Suhasil dan pak Menko Luhut sudah datang ke IKN jadi kita harap akan menambah minat untuk menambah mereka berpartisipasi berinvestasi di IKN nusantara," kata Agung di acara UEA - Indonesia Economic Business Forum 2023.
Agung memproyeksikan nilai investasi pengembangan EBT di IKN tembus USD6 miliar atau Rp92 triliun. Nilai tersebut melihat proyeksi kebutuhan energi di IKN yang mencapai 7 Giga Watt pada pemindahan tahap awal.
"Tapi misalkan yang energi itu kan kalau kita hitung kita punya kebutuhan sampai 7 gigawatt. Kalau 7 gigawatt mungkin bisa sampai USD6 miliar dari segi kebutuhan," pungkas Agung.