bakabar.com, JAKARTA - Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara Myrna A. Safitiri menjelaskan soal konsep terbaru di Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara nantinya.
Menurutnya ada 3 konsep utama. Pertama, kota hutan yang didominasi oleh lanskap berstruktur hutan.
"Kota hutan memiliki fungsi jasa ekosistem untuk menciptakan kehidupan berdampingan dengan alam," kata Myrna dalam diskusi yang bertema 'Kebudayaan dan Konservasi dalam Konsep Kota Hutan IKN', Rabu (24/5).
Yang kedua, menurut Myrna adalah konsep 'Kota Spons'. Kota Spons diartikan sebagai kota yang mampu melakukan peresapan air dengan baik. Dengan begitu, dipastikan banjir tidak akan terjadi.
Baca Juga: Kerja Sama Indonesia-Jepang, OIKN: Bangun IKN lewat 5 MoU dan 24 LOI
"Mampu meningkatkan peresapan sehingga mengurangi bahaya banjir dan meningkatkan kualitas dan kuantitas air," jelasnya.
Yang ketiga adalah kota cerdas (smart city) yang dibangun dengan dinamis, inklusif, dan memperhatikan kondisi masyarakat setempat. "Kota cerdas harus siap menghadapi masa depan," ujar Myrna.
Sebagai pengusung kota cerdas, Myrna menegaskan IKN akan didukung dengan penggunaan teknologi terbaru sebagai akselerator peningkatan kinerja dan kualitas kota. Dengan demikian, IKN akan menjadi Kota Hijau yang berkelanjutan dan resilien.
Baca Juga: Huawei Siap Bantu Kembangkan Teknologi dan Digitalisasi di IKN
Nantinya, IKN sebagai Kota hijau akan dipenuhi dengan hutan tropis sebagai penyerap karbon dan kawasan urban dengan emisi yang terkendali. Hal itu dikuatkan dengan komposisi yang memperhatikan daya dukung lingkungan.
"10% area pangan, 65% hutan tropis melalui proses reforestasi, 25% kawasan kota. Dengan memiliki target kota netral karbon pada 2045," jelasnya.
Sebagai informasi, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan Asian Development Bank (ADB) menjalin kerja sama untuk mewujudkan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sebagai kota hutan netral karbon.
Baca Juga: Dukung IKN, WSBP Berperan 'One Stop Solution Construction Provider'
Dalam kerja sama itu, ADB akan memberikan dukungan pengembangan jalan menuju Nusantara sebagai kota hutan netral karbon, yang melingkupi pertama, kerja sama dalam hal perencanaan kota baru dengan membuat platform data geospasial Nusantara untuk memfasilitasi minat investor dan penilaian keselarasan Rencana Detail Tata Ruang dengan rencana induk Nusantara.
Kedua, penilaian dampak lingkungan dan pengembangan jalan menuju Nusantara sebagai kota hutan netral karbon melalui penyusunan regionally and locally determined contributions (RLDC). Ketiga, memanfaatkan peluang untuk memobilisasi pembiayaan termasuk potensi pembiayaan iklim, kemitraan pemerintah dan badan usaha, serta mengaktifkan dukungan pembangunan lingkungan.