bakabar.com, JAKARTA – Balenciaga tengah menjadi bulan-bulanan warganet. Pasalnya, merek fesyen kenamaan itu menampilkan iklan baju anak menggunakan properti yang kurang pantas: boneka BDSM.
Sekitar sepekan lalu, atau pada Selasa (22/11), Balenciaga mengunggah iklan koleksi Spring 2023. Salah satu kampanyenya, yang merupakan promosi dari koleksi The Gift, menampilkan anak-anak berpose dengan dompet boneka beruang.
Bukan beruang biasa, boneka itu terlihat mengenakan aksesoris berbau BDSM alias bondage, dominance, sadism, masochism. Lantas, sebenarnya apa itu BDSM? Mengapa hal ini sangat sensitif bila diasosiasikan dengan anak-anak?
BDSM dan Praktik ‘Sadis’
BDSM sendiri merupakan salah satu fantasi seksual yang menjurus pada praktik perbudakan, disipilin (atau dominasi), sadisme (atau penyerahan), dan masokisme yang dilakukan kepada pasangan.
Aktivitas seksual itu umumnya melibatkan berbagai praktik ‘sadis’, semisal mengikat tangan, memukul ringan, sengaja menerima dan memberi rasa sakit, mengontorol pasangan hingga sesak napas erotis.
Bahkan, pada beberapa kasus yang lebih ekstrem, BDSM bisa pula meliputi aktivitas seperti dicambuk ataupun dirantai. Kendati tampak membahayakan, bagi sebagian orang, fantasi itu justru terasa menyenangkan.
Baca Juga: Sukses Gandeng Ronaldo dan Messi, Begini Kisah di Balik Kemegahan Louis Vuitton
Psikolog asal Kinsey Institute, Justin Lehmiller, mengungkapkan perempuanlah yang cenderung lebih sering berfantasi BDSM. “Wanita lebih menekankan pada di mana mereka berhubungan seks,” jelasnya dalam buku Tell Me What You Want: The Science of Sexual Desire and How It Can Help You Improve Your Sex Life.
Terlepas dari hasil penelitian tersebut, fantasi BDSM bisa dialami perempuan ataupun lelaki. Kinsey, Pomeroy, dan Martin dalam studi Sexual behavior in the human male menyebut rasa sakit yang dialami responden justru menyebabkan gairah seksual.
Adapun seksolog sekaligus profesor psikologi di Columbia University, Judy Kuriansky, menilai bahwa BDSM biasanya difantasikan oleh orang-orang yang tak bisa merasakan ‘kesenangan.’ Mereka hanya bisa merasakan perasaan yang mendalam ketika ‘disakiti.’
“Semua orang mencari semacam sensasi. Bagi masokis sejati, pengalaman itu menjadi terdistorsi dan mereka hanya bisa merasakan sesuatu (gairah) ketika itu menyakitkan,” tuturnya, dikutip dari ABC News, Selasa (29/11).
Bisa Membahayakan Nyawa
Lantaran melibatkan praktik ekstrem, tak jarang pelaku BDSM berujung mendapat perawatan di rumah sakit. Sebagaimana yang menimpa seorang profesor di salah satu universitas di Kanada, Robert Benjamin, pada 2008 lalu.
Dirinya koma selama tiga hari setelah kehilangan kesadaran di klub seks New York. Pria yang kala itu berusia 67 tahun ditinggalkan sendirian dengan kalung anjing di lehernya dan tudung kulit menutupi wajahnya.
New York Post melaporkan bahwa aksesoris yang dikenakan di tubuh terlalu lama itu membuat Benjamin kehilangan kesadaran. Namun, kondisi sang profesor yang demikian, boleh dibilang, masih cukup beruntung jika dibandingkan dengan kasus lain.
Masih di tahun yang sama, tepatnya pada bulan Oktober, seorang pria bernama Gary Aldridge meninggal karena sesak napas yang tidak disengaja saat ‘bersenang-senang.’
Dia ditemukan mengenakan dua pakaian basah, masker wajah, sarung tangan selam, sandal, celana dalam karet, dua dasi, lima ikat pinggang, dan sebelas tali.
Pada April 2006, warga negara Inggris Adrian Exley pun ditemukan mati lemas di lemari milik pasangan BDSM-nya. Exley dibungkus rapat dengan plastik tebal dan diikat dengan lakban, serta tudung kulit menutupi kepalanya.