bakabar.com, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggerakkan tokoh agama untuk mengingatkan masyarakat taat protokol kesehatan.
Daeng mengusulkan MUI berbicara kepada beberapa kelompok agama, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Ia meyakini masyarakat akan mendengarkan pimpinan agama di daerahnya.
“Mungkin ada masyarakat di ujung sana, tempat kelahiran saya Madura, atau di mana itu mungkin masyarakat tidak kenal saya Ketua IDI, tidak kenal Presiden dengan baik, tapi mungkin tokoh-tokoh agama di tempatnya itu bisa mereka kenali dan mereka taat,” ucap Daeng dalam diskusi online Smart FM: Solidaritas Melawan Pandemi, dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (26/6).
Daeng berharap seluruh pimpinan agama bisa menyampaikan hingga masyarakat kelompok menengah bawah.
Menurutnya, ini menjadi bagian dalam penanganan pandemi Covid-19 dari hulu.
“Kalau ini (hulu) jebol, maka kasusnya mengalir ke hilir (rumah-sakit) pasti. Kalau hilir banyak (kasus), harus ada perubahan kebijakan di hulu,” tutur Daeng.
Selain itu, dia menyatakan, biaya untuk menangani masalah di hilir juga mahal, seperti penambahan kapasitas rumah sakit, stok obat, atau sumber daya manusia (sdm) ketika kasus penularan Covid-19 terus melonjak.
“Itu biaya luar biasa, lelah luar biasa. Maka itu yang paling penting, paling murah, paling efektif strategi di hulu. Ini kalau mau belajar dari lima kali lonjakan kasus Covid-19, kebijakan di hulu jangan kendor,” katanya.
Ia mengingatkan pemerintah bahwa situasi saat ini sudah darurat, sehingga harus ada strategi penanganan dari hulu.
“Merujuk WHO, pengendalian emergency, bukan bicara pengendalian secara umum, harus ada kebijakan khusus. Mobilitas dibatasi. Ada yang katakan lockdown, PSBB, PPKM mikro, bahkan mencanangkan penebalan, tetapi yang penting pembatasan ketat aktivitas warga,” jelas Daeng.
Jika pemerintah sudah memutuskan suatu kebijakan di hulu, tetapi kasus masih melonjak. Artinya, kata Daeng, pemerintah harus lebih memperketat aktivitas warga.
“Perlu ada penguatan, intinya bukan berdebat PPKM mikro, tapi kebijakan dinamis untuk mengetatkan, membatasi mobilitas kegiatan penduduk,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Peduli Covid-19 MUI Ikhsan Abdullah mengaku setuju dengan Daeng. Ia mengatakan seluruh tokoh masyarakat harus bersatu dalam memutus mata rantai penularan Covid-19.
“Saya sepakat hulu dan hilir ini, hulu diperkuat,” katanya.
Ia berencana mengajak tokoh agama untuk melakukan deklarasi untuk menangani pandemi Covid-19 bersama-sama. Hal ini akan dilakukan bersama tokoh-tokoh dari agama di Indonesia.
“Konghucu, Buddha, Katolik, Kristen, Islam, dan Hindu,” ucap Ikhsan.
Namun, ia juga meminta agar tempat ibadah tak ditutup. Ikhsan mengatakan tempat ibadah bisa menjadi tempat untuk melakukan sosialisasi tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan untuk mengurangi penularan Covid-19.
“Tempat ibadah dijadikan tempat untuk kegiatan sosialisasi, karena ada tokoh agama untuk menyampaikan ini lho pentingnya perketat protokol kesehatan,” jelas Ikhsan.
Sebagai informasi, data pemerintah mencatat kasus baru positif Covid-19 bertambah 18.872 kasus pada Jumat (26/6). Tambahan kasus baru tersebut membuat total kasus positif di Indonesia berada di angka 2.072.867 kasus.
Sementara, angka kematian bertambah sebanyak 422 orang, sehingga total angka kematian sejak awal pandemi berjumlah 56.371 orang. Kemudian, angka kesembuhan bertambah 8.557 pasien, sehingga total angka kesembuhan mencapai 1.835.061 orang.