bakabar.com, JAKARTA - Imunisasi adalah langkah penting bagi tumbuh kembang anak. Termasuk untuk bayi dengan penyakit jantung bawaan.
Orang tua, hingga petugas kesehatan kerap takut memberikan imunisasi pada anak dengan penyakit jantung bawaan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau hal tersebut wajib dilakukan.
Imunisasi merupakan satu langkah penting bagi tumbuh kembang anak, terutama menjaganya agar terhindari dari penyakit menular. Namun banyak petugas Puskesmas hingga dokter umum, enggan melakukan hal tersebut pada anak dengan PJB.
Dalam seminar media bertajuk Menjaga Kesehatan Jantung Anak, IDAI memaparkan fakta bahwa seorang anak dengan penyakit jantung bawaan tetap membutuhkan imunisasi untuk menjaga mereka dari segala penyakit.
Penyakit jantung bawaan adalah suatu kelainan pada struktur jantung dan fungsi sirkulasi jantung yang dibawa bayi dari lahir. Kondisi ini mengakibatkan gangguan atau kegagalan perkembangan struktur pada fase awal perkembangan janin.
"Anak-anak dengan penyakit jantung bawaan itu sangat penting diberikan imunisasi. Kecuali ada gejala yang harus ditunda. Tapi pada penyakit jantung bawaan jika tidak diimunisasi dia akan mudah sekali sakit," ujar Dr Rizky Ardiansyah, M.Ked (Ped), SpA(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI, pada Selasa (26/9).
IDAI menyampaikan beberapa orang tua kerap meminta surat rujukan untuk melakukan imunisasi pada anak mereka dengan penyakit jantung. Namun, ia memberitahukan bahwa tidak perlu khawatir untuk memberikan imunisasi.
"Kita (IDAI) akan melindungi jika ada komplikasi atau reaksi negatif lainnya," tutur dr. Rizky.
Dalam data beberapa tahun lalu, anak dengan penyakit jantung bawaan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap diketahui memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik.
"Anak dengan imunisasi dasar yang lengkap memiliki risiko sembilan kali lebih rendah terkena imunnya, dibanding tidak lengkap imunisasinya," ujar Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Selain itu, pada anak dengan riwayat penyakit jantung diketahui kerap dibatasi aktivitasnya dalam menjalankan olahraga, padahal sejatinya mereka sudah cukup mampu melakukan kegiatan tersebut.
"Anak yang sudah sembuh sudah bisa melakukan olahraga, namun tidak berupa olahraga berat kompetitif, seperti sprint atau yang berat-berat," tutup dr. Piprim.