Tak Berkategori

Hari Pertama PTM di Batola, Satu Sekolah Ditunda Sementara

apahabar.com, MARABAHAN – Sesuai dengan jadwal, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Barito Kuala dimulai, Senin (12/7)….

Featured-Image
Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, berdialog dengan salah seorang siswi di SDN Marabahan 1, ketika memonitoring pelaksanaan PTM, Senin (12/7). Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

bakabar.com, MARABAHAN – Sesuai dengan jadwal, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Barito Kuala dimulai, Senin (12/7). Namun terdapat sekolah yang terpaksa menunda pelaksanaan.

Tercatat 273 Sekolah Dasar (SD) dan 58 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Batola yang melaksanakan PTM sesuai jadwal.

Pengecualian SDN Antar Baru 1 Kecamatan Marabahan. PTM di sekolah ini diputuskan ditunda sementara dengan pertimbangan grafik kasus Covid-19 di lingkungan sekitar.

“Alhamdulillah setelah setahun lebih siswa kehilangan masa-masa di sekolah, PTM dapat kembali dilaksanakan dengan protokol kesehatan dan aturan tambahan,” papar Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, seusai monitoring pelaksanaan PTM.

“Kami berharap kerjasama semua pihak, mulai dari orang tua, guru dan siswa agar selalu menjalankan protokol kesehatan. Kalau aman-aman saja, PTM tentu akan terus dijalankan,” tegasnya.

Terkait situasi di SDN Antar Baru 1, Dinas Pendidikan Batola akan terus melakukan monitoring, sampai akhirnya PTM dapat juga dilaksanakan di sekolah tersebut.

“PTM di SDN Antar Baru 1 diputuskan ditunda sementara, karena kasus Covid-19 yang agak tinggi,” ungkap H Sumarji, Kepala Dinas Pendidikan Batola.

“Nanti kalau kasus sudah menurun, PTM di sekolah tersebut juga dilaksanakan. Bagaimanapun anak yang berada sekolah jauh lebih aman, ketimbang keluyuran dan tidak mengenakan masker,” tambahnya.

Sebelum PTM diputuskan dilakukan di Batola, semua tenaga pengajar juga diwajibkan mendapatkan vaksinasi Covid-19.

“Capaian vaksinasi sendiri sudah 90 persen. Memang belum 100 persen, karena terdapat sejumlah tenaga pendidik yang belum diperbolehkan divaksin. Kemudian capaian juga dipengaruhi ketersediaan vaksin,” jelas Sumarji.

Kemudian kapasitas ruang kelas dibatasi 50 persen dari jumlah maksimal daya tampung peserta didik, serta menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

“PTM ini merupakan upaya kami dalam mengakomodasi keinginan orang tua, terutama setelah pembelajaran di rumah tidak maksimal,” beber Sumarji.

“Terlebih setelah beberapa sekolah mencoba melakukan ujian akhir semester secara tatap muka, nilai yang didapati masih jauh dari harapan,” tandasnya.



Komentar
Banner
Banner