bakabar.com, JAKARTA – Tanggal 5 Mei diperingati sebagai Hari Bidan Sedunia. Momen ini bertujuan untuk mengampanyekan pentingnya peran bidan dalam kehidupan, utamanya yang berhubungan dengan persalinan dan kesehatan reproduksi.
Bidan sendiri merupakan salah satu profesi yang didambakan banyak orang. Bukan tanpa alasan, tugasnya yang membantu persalinan seorang ibu dianggap mulia, sehingga kerap dikonstruksikan positif di tatanan sosial Indonesia.
Peran bidan sejatinya lebih dari sekadar membantu persalinan. Profesi ini juga bertanggung jawab dalam merawat dan mendampingi ibu melahirkan, baik dari sebelum, selama, bahkan sesudah masa kehamilan.
Lebih tepatnya, tugas tersebut meliputi asuhan kebidanan semasa nifas, pertolongan pertama kegawatdaruratan, serta asuhan pasca-keguguran. Selain melayani ibu hamil, bidan bertugas memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita, dan anak prasekolah.
Seorang bidan juga berperan dalam memberi pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Termasuk, pelayanan kontrasepsi yang meliputi komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus konseling.
Perjalanan Tak Mudah untuk Jadi Seorang Bidan
Mengingat tugas profesi ini tidak mudah, calon bidan mesti ditempa terlebih dahulu melalui pendidikan khusus. Yakni, pendidikan vokasi jurusan kebidanan, yang tersedia di berbagai universitas, politeknik, sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKES), dan akademi.
Jangka waktu perkuliahan D3 Kebidanan tergolong pendek, di mana hanya tiga tahun atau enam semester. Ada beberapa hal yang mesti dipahami sebelum memantapkan hati untuk berkuliah di jurusan kebidanan.
Pertama, profesi bidan hanya dilakoni perempuan, sehingga pendidikannya pun cuma bisa diikuti kaum hawa. Kedua, biaya kuliah D3 Kebidanan terbilang cukup mahal. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) untuk jurusan ini bisa mencapai Rp5 juta per semester.
Selanjutnya, harus memiliki alasan yang kuat mengapa ingin menjadi bidan. Semisal, merasa ‘terpanggil’ atau memiliki passion untuk membantu persalinan seorang ibu.
Terakhir, calon bidan harus memiliki mental yang kuat. Jangan sampai sudah menempuh pendidikan, tapi ternyata takut melihat darah atau tak sanggup menghadapi persalinan secara langsung.
Usai lulus dari pendidikan ini, mahasiswa bakal mendapat izin praktik untuk bekerja membantu persalinan. Entah itu di lembaga medis swasta ataupun lembaga medis milik pemerintah.
Mengingat tugas dan pendidikan untuk menjadi seorang bidan tidak mudah, tak sedikit yang mempertanyakan besaran gaji profesi itu. Apakah sepadan dengan beratnya tanggung jawab yang diemban?
Besaran Gaji Bidan
Dikutip dari laman Gokampus, bidan yang bekerja di lembaga medis swasta umumnya mendapat gaji lebih tinggi ketimbang lembaga medis pemerintah. Meski begitu, kisaran harganya tak berbeda jauh.
Untuk seorang bidan pemula, gajinya berada di kisaran Rp1,8 juta hingga Rp5 juta. Jumlah tersebut belum termasuk tunjangan atau bonus, seperti bonus operasi, uang makan, uang transportasi, dan sebagainya.
Adapun besaran gaji pokok menyesuaikan daerah tempat bidan berpraktik. Rentang gaji yang disebutkan tadi mengacu pada Upah Minimum Provinsi (UMP) tertinggi dan terendah di Indonesia.
Besaran gaji pokok itu belum termasuk Upah Minimum Regional dalam setiap provinsi yang juga berbeda-beda. Dengan demikian, gaji total seorang bidan diperkirakan lebih besar dari Rp5 juta.
Demikianlah sekilas informasi mengenai besaran gaji bidan. Jika Anda ingin menjadi bidan, usahakan jangan hanya mementingkan imbalan yang diperoleh.
Pastikan Anda memiliki passion untuk membantu sesama. Sebab, tanggung jawab profesi tersebut menyangkut nyawa seseorang.