News

Harga Pangan dan Energi Global Meningkat, Jokowi Pamer dari Capaian Infrastruktur sampai Hilirisasi Komoditas

apahabar.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menerangkan konflik global yang melibatkan Rusia dengan Ukraina menyebabkan terjadinya…

Featured-Image
Presiden Joko Widodo. Foto: Republika

bakabar.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menerangkan konflik global yang melibatkan Rusia dengan Ukraina menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan dan energi secara global. Bahkan kenaikan tersebut bisa mencapai dua sampai 5 kali kenaikan harga yang mempengaruhi inflasi.

"Negara mana yang kena? Ini yang harus kita hati hati betul. Tidak bisa lagi kita hanya sekali berbicara makronya saja, mikronya juga. Dan lebih penting lagi detail satu persatu harus dikupas. Oleh sebab itu, memang semuanya mengajak untuk merubah mindset kita, bahwa ekonomi dunia dan geo politik dunia berubah," katanya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Meski begitu, Jokowi merasa beruntung selama 7 tahun terakhir ia melakukan pembangunan pondasi infrastruktur di Indonesia. Jokowi memaparkan pondasi infrastruktur yang dimaksudnya meliputi pembangunan jalan tol sepanjang 2.040 KM, 16 bandara baru, 18 pelabuhan baru, 29 bendungan beserta tambahan 9 bendungan baru, irigasi 1,1 juta hektar.

"Sehingga kemarin kita mendapatkan International Rice Research Institute yang menyatakan sistem ketahanan pangan kita baik," ujar Jokowi.

Selain pembangunan infrastruktur, imbuh Jokowi, hilirisasi komoditas sudah mulai dilakukan untuk Crude Palm Oil (CPO) beserta turunannya dan nikel beserta turunannya. Dengan menghentikan ekspor bahan mentah, diiringi pembangunan industri dalam negeri, Jokowi optimis Indonesia akan memperoleh pendapatan lebih yang dapat dirasakan 5 tahun mendatang.

Jokowi mencontohkan komoditas nikel pada 6-7 tahun lalu, pendapatan ekspor nikel mencapai US$1,1 miliar. Namun sejak diberlakukan hilirisasi komoditas sejak 2021, pendapatan ekspor nikel mencapai hingga US$20,9 miliar. Capaian tersebut setara terjadi kenaikan hingga 19 kali lipat.

"Dulu sulit menyuruh Freeport buat smelter, mundur-mundur terus saja. Pak ini di perpanjang baru nanti buat simelter baru, enggak-enggak kamu buat simelter baru, kita perpanjang. Tidak bisa juga. Tidak sambung-sambung, ya sudah kita ambil saja. Kita akuisisi saja 51 persen. Setelah diakuisisi 51 persen mayoritas langung buat smelter baru dibikin di GDC," jelasnya.

Reporter: Dian Finka



Komentar
Banner
Banner