bakabar.com, JAKARTA - Bursa saham kembali dibuka. Senin (11/9) pagi, IHSG lagi-lagi dibayangi pelemahan.
Pelemehan ini masih melanjutkan tren perdagangan pekan lalu. Di mana IHSG dan pasar obligasi harus mengakui tekanan yang terjadi pekan lalu.
"Hal itu telah mendorong pasar mengalami penurunan. Mulai dari IHSG yang tidak mampu bertahan di level 7.000," tulis analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.
Begitu juga imbal hasil obligasi yang kembali mengalami kenaikan. Membuat terjadinya ketidakpastian pasar hingga akhir pekan.
"Pekan ini pun, kami melihat tekanan yang sama akan kembali datang," lanjutnya.
Pada penutup perdagangan, Jumat (9/9), melemah minus 30 poin. Atau 0,43 persen ke level 6.924.
Lalu, bagaimana dengan pagi ini? "Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance di level 6.894-6.943," analisanya.
Apa penyebabnya? Lagi-lagi ulah Amerika. Di mana data CPI akan mencuri perhatian. Lantaran diproyeksikan bakal naik dengan estimasi rentang 0.4%-0.6%.
"Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Yang mana mendorong inflasi mengalami kenaikan," jelasnya.
Jauh lebih mengkhawatirkan apabila kenaikan harga minyak terjadi terus menerus. The Fed bakal bereaksi.
"Tidak menutup kemungkinan The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga," tutupnya.