News

Harga Komoditas di Pasar Tradisional Naik, Daya Beli Konsumen Turun

apahabar.com, JAKARTA – Sejak diumumkannya kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax oleh pemerintah pada…

Featured-Image
Seorang pembeli bertransaksi dengan pedagang di Pasar Tradisional Lenteng, Jakarta Selatan. Foto: apahabar.com-BS

bakabar.com, JAKARTA - Sejak diumumkannya kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax oleh pemerintah pada Sabtu lalu (3/9), harga sejumlah komoditas di pasar tradisional mengalami kenaikan.

Hal tersebut juga turut dirasakan oleh Yunaini, pedagang sayur di Pasar Tradisional Depok Baru, Jawa Barat. Harga cabai mengalami kenaikan yang turut mengancam daya beli masyarakat yang terus menurun.

"Naik jelas pas BBM naik. Naiknya cabai padahal tadinya sempet turun. Sekarang naik lagi karena BBM naik," terang Yunaini kepada bakabar.com, Jumat (16/9).

Yunaini menerangkan harga cabai keriting sebelumnya seharga Rp50.000 per kg sekarang menjadi Rp80.000 per kg. Cabai rawit sebelumnya Rp40.000 per kg menjadi Rp70.000 per kg. Sedangkan cabai merah besar tidak mengalami kenaikan yaitu Rp65.000 per kg.

Bawang merah dan bawang putih masing-masing juga mengalami kenaikan. Bawang merah naik dari Rp35.000 per kg menjadi Rp38.000-Rp40.000 per kg. Sedangkan bawang putih bulat naik dari Rp25.000 per kg menjadi Rp30.000 per kg, dan bawang putih kating naik dari Rp30.000 per kg menjadi Rp35.000 per kg.

Harga Komoditas Daging Juga Mengalami Kenaikan

Hal yang sama juga dirasakan oleh Rinto Haryanto, pedagang ayam di Pasar Tradisional Depok Baru Jawa Barat juga mengungkapkan bahwa harga unggas potong juga mengalami kenaikan namun sudah mempengaruhi daya beli.

"Naik ada sih tapi standar lah, cuma itu memang jadi agak sepi," ucap Rinto.

Harga ayam negeri dari harga normal biasanya Rp35.000-Rp40.000 per ekor menjadi Rp42.000 per ekor. Harga ayam kampung satu ekor biasanya Rp90.000 per ekor menjadi Rp100.000 per ekor. Adapun harga bebek tidak mengalami kenaikan yaitu seharga Rp80.000 per ekor.

Menurut Wawan Sarwani pedagang daging sapi di Pasar Tradisional Kebayoran Lama, bahwa untuk harga sapi tidak mengalami kenaikan dari peternak. Kenaikan harga justru berasal dari biaya pengangkut sapi.

"Dari sana harga tetep giliran penjualan harus naik sedikit buat bayar si yang mengangkut sapinya," kata Wawan.

Wawan menerangkan ia mematok harga harga daging sapi sebesar Rp140.000 per kg. Namun, ia menjualnya dengan harga Rp130.000 per kg. Upaya tersebut dilakukan karena khawatir sepi pembeli ia tidak menaikan harga. Sebab, harga penjualan mengalami penurunan sejak usai Iduladha.

"Daging Rp130.000 jenis daging lokal ini semua, seharusnya Rp140.000. Nawar Rp130.000 dijual salah, tidak dijual tidak abis daging," terang Wawan.

Wawan juga mengungkapkan omsetnya mengalami penurunan sekitar 25 persen. Ini dikarenakan ia harus membagi enam ekor sapi kepada penjual daging lainnya. dan membagi 6 seekor sapi kepada penjual lainnya. Padahal, biasanya ia hanya membagi dua seekor sapi kepada satu pedagang lain.

"Memang lagi kendor lagi parah, lagi kurang konsumennya," jelas Wawan.

Siasat Pedagang agar Barang Dagangan Tetap Laku

Tarti penjual bumbu masakan Pasar Minggu Jakarta Selatan, cukup cerdik untuk mensiasati penurunan minat pembeli dengan mengemas sayuran dan bumbu masakan ke dalam kemasan hemat.

Biasanya pedagang lain menjual dengan satuan gram atau kilogram, ia justru membungkus barang dagangannya dengan harga yang ekonomis.

Seperti sejumput bumbu lada, ketumbar, dan beberapa helai daun salam dijualnya dengan harga Rp5.000, kemudian 3 buah tomat, 3 buah bawang bombai juga di patok dengan harga Rp5.000.

"Harga sudah mulai pada naik, mahal semua makanya kita bikin kemasan irit Rp5000-an supaya pembeli tidak menawar, juga biar sedikit tapi yang penting beli biar ada pemasukan," jelasnya.



Komentar
Banner
Banner