Hot Borneo

Harga Elpiji Non Subsidi Melejit di Tengah Konflik Ukraina-Rusia, Pakar Beberkan Penyebabnya

apahabar.com, BANJARMASIN – Melejitnya harga elpiji non subsidi di seluruh Indonesia ditengarai tak lepas dari imbas…

Featured-Image
Konflik Ukraina-Rusia diduga menjadi salah satu penyebab melejitnya harga elpiji di Indonesia. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Melejitnya harga elpiji non subsidi di seluruh Indonesia ditengarai tak lepas dari imbas konflik Ukraina-Rusia.

Pakar Ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Muhammad Handry Imansyah, menilai konflik kedua negara berdampak pada kenaikan harga energi yakni minyak, batu bara, dan gas di pasar dunia.

"Pemulihan ekonomi dunia merupakan salah satu pemicu naiknya harga gas dunia," ungkapnya dihubungibakabar.com, Senin (28/2) malam.

Sementara gas untuk elpiji, lanjut Handry, sebagian besar diimpor dari luar negeri. Akibatnya harganya ikut terkerek naik. Selain itu, menurutnya, krisis dan perang antara Ukrainia dan Rusia juga memicu naiknya harga energi.

Krisis tersebut, kata dia, sebenarnya berakar dari jalur pipa gas Nord Stream 2 yang melewati Ukrainia menuju Jerman dan berbagai negara Eropa lainnya.

"Potensi dampak naiknya harga gas tentu akan berimbas pada berbagai sektor di Kalsel," ujar guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM ini.

Namun, Handry berpandangan sebenarnya harga dalam negeri untuk industri masih lebih mahal dari harga di pasar dunia saat ini yang dalam kisaran 4-5 dolar AS MMBTU.Sementara harga yang diterima industri yang tidak mendapatkan harga gas bumi tertentu umumnya di atas 6 dolar AS per MMBTU.

Karena itu, dia meminta masyarakat tak perlu kekhawatir soal ancaman akibat kenaikan gas dunia yang berimbas pada konsumen rumah tangga.

Konflik antara Ukraina-Rusia, menurut dia, tak akan berdampak banyak bagi Kalsel. Sebab, kedua negara tersebut tidak memiliki hubungan perdagangan dengan Kalsel.

"Kemungkinan terburuknya adalah meningkatnya inflasi dan merosotnya daya beli sehingga kemiskinan meningkat," ujarnya.

Dari sisi produksi, kenaikan harga pasokan juga kurang berpengaruh karena harga gas yang diterima sudah relatif tinggi.

Sebelumnya, PT. Pertamina (Persero) melalui PT. Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT. Pertamina (Persero) menaikkan harga gas elpiji non subsidi mulai Minggu (27/2).

Pjs Corporate Secretary PT. Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero) Irto Ginting menjelaskan penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.

"Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai 775 dollar AS/metrik ton, naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021," jelas Irto dalam keterangan resmi, melansir Kompas.

Di Kalsel, harga elpiji non subsidi rumah tangga yang ditetapkan Pertamina untuk tabung Bright Gas 5,5 kilogram mencapai Rp 94.000. Sementara tabung elpiji 12 kg seharga Rp 197.000.



Komentar
Banner
Banner