bakabar.com, JAKARTA – Harga batu bara semakin anjlok sejak rekor tertinggi pada pertengahan Januari lalu.
Pasar masih mewaspadai dampak ekonomi dari merebaknya kasus virus corona di China akhir-akhir ini.
Dilansir bakabar.com dari CNBC Indonesia, harga komoditas batu baru kontrak acuan ICE Newcastle ditutup di level US$ 67,55/ton, Senin (27/01), melemah 0,81% dibanding posisi penutupan pekan lalu. Pada 13 Januari 2020, harga batu bara sempat cetak rekor tertingginya di level US$ 77,15/ton. Namun setelah itu hingga kemarin harga telah anjlok 12,4%.
Tahun baru imlek, China libur panjang. Saat kondisi normal libur imlek bisa berlangsung dalam enam hari. Namun di tengah wabah virus corona seperti sekarang ini, libur dapat berlangsung lebih lama.
Isu penyebaran virus corona yang terus bertambah tiap harinya membuat pasar cemas. Menurut data pemetaan satelit ArcGis oleh John Hopkins CSSE, hingga hari ini jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 4.474 dan 107 dilaporkan meninggal dunia.
Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, orang yang terjangkit virus penyebab pneumonia ini bertambah dengan signifikan. Namun fatalitasnya masih di kisaran angka 2,4%. Sebanyak 58 orang dikabarkan telah pulih.
Kasus-kasus lain juga dijumpai di berbagai negara di Benua Asia, Eropa, Australia hingga Amerika. Ditemukannya kasus virus corona ini telah dikonfirmasi di Hong Kong, Macau, Taipei, Thailand, Vietnam, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, Perancis dan AS.
Kemarin, Jerman, Nepal, Kamboja dan Sri Lanka mengkonfirmasi masing-masing satu kasus, mengutip CNBC Internasional.
Kasus ini membuat pemerintah China melakukan karantina pada belasan kota yang berisiko terjangkiti virus ini. Fasilitas transportasi publik segala jalur baik darat, perairan maupun udara ditutup. Pembatasan akses transportasi ini membuat kota-kota di China seperti Wuhan, Ezhou dan Huanggang benar-benar terisolasi.
Namun hal tersebut merupakan salah satu langkah penanganan yang dilakukan agar virus tak terus menerus meluas dan jadi wabah yang semakin parah. Bagaimanapun juga, upaya karantina ini berdampak pada perekonomian terutama pada sektor transportasi.
S&P memperkirakan jika kasus ini terus meluas maka pertumbuhan ekonomi Negeri Panda dapat turun 1,2 persen poin. Hal ini tentu bukan kabar yang baik untuk pasar komoditas salah satunya batu bara, mengingat China merupakan negara konsumen batu bara terbesar di dunia.
Baca Juga:Rupiah Masih Terdampak Kekhawatiran Atas Virus Corona di China
Baca Juga:Korban Tewas Akibat Virus Corona Capai 106 Orang, 4 Ribu Pasien Dirawat di China
Editor: Aprianoor