bakabar.com, BANJARMASIN - Masifnya pembukaan lahan untuk perumahan, menyebabkan produksi padi di Banjarmasin makin menurun.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarmasin.
Berdasarkan data yang ada, produksi beras di Kota Banjarmasin hanyalah 6 ton pertahun. Itu pun jika semua petani berhasil panen.
Sementara, konsumsi beras masyarakat Banjarmasin yakni 5 ton perbulannya.
Kendati demikian, pihak DKP3 Kota Banjarmasin mengklaim jika beras yang tersedia di pasaran sebenarnya cukup untuk masyarakat.
“Hanya saja memang beras lokal jenis Mayang dan Unus yang banyak dicari. Jadi ini terkait selera masyarakat kita saja yang biasa memakan beras jenis usang. Bukan jenis pulen yang tersedia banyak,” kata Kepala DKP3, M Makhmud, Senin (16/1).
Sayangnya, jenis beras yang jadi favorit masyarakat Banjar ini hanya bisa dipanen setahun sekali.
Sedangkan kondisi di lapangan, tidak mendukung untuk memproduksi beras jenis tersebut.
Dua tahun belakangan, kondisi cuaca yang tidak menentu sepanjang tahun serta serangan hama tungro membuat banyak petani mengalami gagal panen.
"Kalau normal, memang produksi padi 6 ton per tahun, tapi 2 tahun belakangan karena cuaca yang tidak menentu, jadi hanya memproduksi 2-3 ton saja," ungkapnya.
Di sisi lain, lahan pertanian di Kota Banjarmasin semakin sempit serta kualitas tanah yang memburuk akibat limbah rumah tangga juga menjadi faktor lain produksi padi jadi turun.
Meski disokong pasokan beras dari kabupaten lain di Kalsel, tetap saja hal itu belum bisa menekan harga di pasaran.
Guna meningkatkan produksi padi di 2023, sejumlah langkah sudah disiapkan DKP3 Banjarmasin.
Sejauh ini, tercatat ada 2.069 hektare lahan pertanian potensial. Di 2022 lalu, DKP3 Banjarmasin juga sudah membebaskan 6 hektare lahan di dua wilayah di Banjarmasin dengan dana 8.6 Miliar.
Total 4,6 hektare lahan dibebaskan di kawasan Sungai Lulut Banjarmasin Timur, dan 1.3 hektare di kawasan Tanjung Pagar, Banjarmasin Selatan.
"Insyaallah akan ditambah lagi di 2023 nanti sebanyak 5 hektare, namun untuk lokasinya belum kami tentukan," kata Makhmud.
Nantinya, lahan-lahan tersebut akan dibuat demplot penyuluhan pertanian mulai dari teknik, penggunaan pupuk, varietas padi, dan lainnya yang melibatkan kelompok tani di Banjarmasin.
"Demplot ini yang kami maksud sebagai lahan pangan berkelanjutan," kata Makhmud.
Di samping itu, DKP3 bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Banjarmasin juga dalam tahap penjajakan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menekan inflasi beras lokal.
Rencananya, beras asli Subang Jawa Barat yakni beras Pamanukan akan dipasok dari daerah asal guna memenuhi permintaan pasar.
Beras Pamanukan sendiri dinilai memiliki tekstur dan rasa yang mirip dengan beras lokal Banjar dan di daerah asal memang sedang surplus.
"Saat ini kami masih melakukan penjajakan, belum final," tutup Makhmud.
Dia juga berharap semoga di tahun ini sudah dilakukan penandatanganan MoU antara Pemkot Banjarmasin dengan pemerintah Jawa Barat terkait kerjasama ini.