bakabar.com, MUARA TEWEH - Ketua Komisi III DPRD Barito Utara, H. Tajeri, menekankan kunci menghadapi tantangan budaya digital terletak pada kemampuan setiap individu untuk mengendalikan diri. Pernyataan ini disampaikannya saat menghadiri Seminar Gerakan Cinta Al Qur'an di Balai Antang, Rabu (19/11/2025).
Ini disampaikan Politisi Partai Gerindra itu, mengutip apa yang disampaikan Prof. DR. H. Mujiburrahman, MA sebagai narasumber pada kegiatan seminar tersebut.
Menurut Tajeri, apa yang dikatakan Prof. DR. H. Mujiburrahman, MA saat ini
kemajuan teknologi digital ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, membawa banyak manfaat, namun di sisi lain, bisa menjadi "berhala" baru jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar.
"Semua ini tergantung pengendalian diri kita masing-masing. Apabila kita tidak dapat mengendalikan pemanfaatan teknologi digital dengan baik dan benar, tidak menutup kemungkinan bisa menjadi berhala," tutur Tajeri.
Tajeri menggambarkan kehidupan di era digital seperti hidup di masa tsunami yang penuh dengan kotoran, sampah, dan air keruh. Metafora ini ia gunakan untuk menggambarkan betapa banyaknya informasi, termasuk hoaks, yang berseliweran di dunia maya.
"Kita sebagai insan yang lemah, diharapkan menerima informasi harus menggunakan akal sehat. Sekarang ini banyak informasi atau berita HOAX," pesannya.
Ia juga mengingatkan tentang budaya pamer atau riya yang marak di media sosial. Perilaku seperti ingin dipuji, pamer harta, dan pangkat, menurutnya, bertentangan dengan ajaran agama.
"Saya yakin semua agama tidak mengajarkan sifat riya. Kemungkinan orang seperti ini tidak sadar siapa kita sebenarnya, harta dan tahta hanya titipan Illahi," tegas Tajeri.
H. Tajeri yang kerab dikenal pemerhati pendidikan di Barito Utara ini, mengakui dunia digital memiliki banyak manfaat yang tidak bisa dipungkiri, seperti kemudahan dalam transaksi perbankan, pengiriman uang yang cepat, dan akses informasi yang instan.
"Dunia terasa sempit oleh karena adanya alat yang serba digital, komunikasi lancar dan mudah, sangat banyak manfaatnya. Tinggal kita saja yang bisa memanfaatkan dengan baik dan benar," ujarnya.
Namun, ia juga memaparkan contoh mudarat budaya digital, seperti maraknya kasus Pinjaman Online (Pinjol) ilegal yang merugikan banyak orang, serta praktik judi online.
Pada akhirnya, Tajeri kembali menegaskan filter terpenting dalam bermedia digital adalah diri sendiri. "Jadi menurut saya, apakah kita bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang benar, semua tergantung pada masing-masing. Semua ini tergantung pada HATI dan PERBUATAN," pungkasnya.
Seminar Gerakan Cinta Al Qur'an ini diharapkan dapat mengingatkan masyarakat untuk tidak hanya cerdas secara spiritual melalui pendalaman Al Qur'an, tetapi juga cerdas dalam menyikapi perkembangan budaya digital.









