bakabar.com, JAKARTA – Sayyid Saggaf Bin Muhammad Aljufri meninggal dunia di Palu, Sulawesi Tengah, pada pukul 15.50 WITA, Selasa (3/8). Ulama yang dikenal moderat itu tutup usia pada umur 84 tahun.
Habib Saggaf lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 Agustus 1937. Sebelum meninggal, dia menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Alkhairaat.
Habib Saggaf merupakan cucu Habib Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua), salah satu tokoh pembawa agama Islam di Kota Palu sekaligus pendiri Alkhairaat. Alkhairaat sendiri merupakan salah satu organisasi Muslim terbesar di Indonesia Timur.
Dalam acara Haul Pendiri Al Khairaat ke-53 almarhum Habib Sayyid Idrus bin Salim Aldjufri pada tanggal 23 Mei 2021 lalu, Habib Saggaf sempat mengajak umat Islam di Indonesia agar tidak mengikuti kelompok yang kerap mengafirkan orang lain.
“Persatuan dan kesatuan kita pegang utuh dan jangan ikut-ikutan aliran yang selalu mengafirkan seolah-olah hanya mereka yang benar,” kata Habib Saggaf dikutip dari Antara.
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sagaf Pettalongi mengatakan Habib Saggaf merupakan ulama moderat, kharismatik dan sederhana. Almarhum membangun kedekatan dengan para murid dan siapapun, serta senang mendengar curahan hati para Abnaul Khairaat dari seluruh penjuru daerah.
“Kami Abnaul Khairraat sangat menghormati dan mencintai Beliau. Beliau memiliki faham dan pemikiran yang sangat moderat bahkan lewat beliau Alkhairaat menjadi garda terdepan dalam menjaga faham dan gerakan radikal di Indonesia dan Indonesia Timur khususnya,” katanya.
Dia juga mengenang Habib Saggaf sebagai sosok yang memiliki jasa yang sangat besar dalam pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan Islam Alkhairaat di Sulteng.
“Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat adalah salah satu kegigihan beliau agar Alkhairaat punya Fakultas Kedokteran,” sebut Prof Sagaf.
Ketua Dewan Pakar Alkhiraat Kota Palu, Zainal Abidin mengatakan Habib Saggaf adalah sosok ulama panutan bagi warga Sulteng terlebih bagi umat Muslim di provinsi tersebut.
Semasa hidupnya, kata Zainal Abidin, Ketua Utama Alkhairaat itu memegang teguh toleransi dan menghargai perbedaan baik sesama Muslim maupun non-Muslim. Sikap itu dilakukan dalam rangka membangun jiwa nasionalisme demi kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zainal, ulama-ulama besar asal Timur Tengah khususnya dari Yaman sangat menghargai almarhum. Hal itu terlihat saat di beberapa kesempatan mereka berkunjung ke Palu.
“Itu artinya almarhum Habib Saggaf senang membangun silaturahim kepada siapa saja,” ujarnya.
Wali Kota Palu Hadianto Rasyid mengatakan warga Palu merasa sangat kehilangan ulama besar sekaligus guru yang mengajarkan kebaikan kepada umat.
“Pemkot Palu akan memperhatikan Alkhairaat sebaik-baiknya, karena Alkhairaat merupakan ikon besar yang di miliki Kota Palu,” tutur Hadianto.
Dia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada tokoh panutan umat Muslim di Sulteng itu, karena selama ini telah ikut mendukung setiap program pemerintah di daerah.
Sejumlah tokoh dan kalangan masyarakat menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya Habib Saggaf. Mereka kehilangan atas figur yang selama ini menjadi panutan di Sulteng. “Selamat jalan Habib semoga amal baktimu menghantarkanmu ke surga keabadian,” ujar Saggaf Pettalogi.