bakabar.com, JAKARTA - Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mendukung upaya pemerintah untuk mencapai penurunan emisi 31 persen pada 2030.
Sebagai wadah yang mewakili berbagai pemangku kepentingan di sektor energi terbarukan di Indonesia, pencapaian penurunan emisi tersebut menjadi sangat penting. Hal itu merupakan salah satu pilar utama dalam transformasi sektor energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap sumber energi fosil yang terbatas, membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, serta menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Wiluyo Kusdwiharto, Ketua Umum METI di Jakarta, Rabu (5/7).
Sejalan dengan arah global dalam menghadapi perubahan iklim, METI menekankan pentingnya langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk memenuhi target penurunan emisi 31 persen seperti yang tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia 2022.
Baca Juga: Miliki Potensi, Jateng Dorong Pertumbuhan Investasi Energi Terbarukan
Dalam konteks ini, METI menilai perlu adanya komitmen yang lebih kuat dari pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendukung bagi industri energi terbarukan.
“METI siap untuk bekerja sama dengan pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta untuk mewujudkan penurunan emisi 31 persen pada 2030," katanya.
Wiluyo menambahkan, "Kami percaya bahwa dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen yang tegas, Indonesia dapat mencapai transformasi energi yang berkelanjutan dan memberikan kontribusi nyata dalam upaya global dalam mengatasi perubahan iklim."
Selain itu, Ketua Steering Committee Indonesia EBTKE ConEx 2023, Eka Satria, menyebut ada beberapa alasan penyelenggaran acara Indonesia EBTKE ConEx 2023 menjadi penting.
Baca Juga: Program MTRE3 ESDM Berhasil Fasilitasi Proyek EBTKE di 4 Provinsi
Pertama, untuk mendukung transisi menuju energi bersih. Acara tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan sektor industri mengenai manfaat dan potensi energi terbarukan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim.
"Kedua, peluang investasi. Pameran itu memberikan kesempatan bagi pelaku industri energi terbarukan, investor, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menjalin hubungan bisnis dan menjajaki peluang investasi di sektor energi terbarukan di Indonesia," kata Eka Satria.
Hal itu akan mendorong peningkatan investasi dalam pengembangan infrastruktur energi terbarukan dan mempercepat pertumbuhan industri tersebut.
Ketiga, pameran itu menjadi ajang bagi berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat, untuk berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan membangun kemitraan strategis. Kolaborasi lintas sektor akan memperkuat upaya bersama dalam menghadapi tantangan energi terbarukan dan menciptakan solusi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Transisi Energi Terbarukan dan LCT, Kemenlu: Jadi Prioritas Visi ASEAN
“Pameran ini akan memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk mempelajari lebih lanjut tentang energi terbarukan dan dampaknya bagi keberlanjutan lingkungan," terangnya.
Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang energi terbarukan, diharapkan akan terjadi perubahan perilaku dan kesadaran dalam memanfaatkan energi secara efisien dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan Indonesia EBTKE ConEx 2023 yang juga Direktur Dyandra Promosindo Michael Bayu A Sumarijanto menjelaskan, selain mengedukasi publik tentang pentingnya pengembangan energi terbarukan di Indonesia, ajang tersebut menjadi ajang pameran inovasi teknologi terkini dalam bidang energi terbarukan.
Para peserta akan memiliki kesempatan untuk melihat langsung teknologi terbaru dalam energi surya, angin, hidro, biomassa, dan energi laut.
“Selama rangkaian penyelenggaraan, ada program vokasi yang didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; bincang-bincang (talkshow) dengan pelaku startup di sektor energi terbarukan; maupun sesi berbagi oleh para pakar di bidang masing-masing,” kata Michael.