Sport

Gaji Menunggak, Belasan Pemain Laporkan Persis Solo ke APPI

apahabar.com, BANJARMASIN – Belasan pemain Persis Solo melayangkan gugatan ke Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI). Mereka…

Featured-Image
Skuat Persis Solo menjalani latihan perdana menjelang Liga 2 musim 2021/2022. Foto-Pikiran Rakyat

bakabar.com, BANJARMASIN – Belasan pemain Persis Solo melayangkan gugatan ke Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI).

Mereka menuntut pelunasan gaji yang menunggak ke manajemen Persis Solo.

Dari 18 penggugat, hanya 7 pemain yang perkaranya diproses APPI dengan jumlah tunggakan sebesar Rp 2.332.900.000.

Menindaklanjuti laporan pemain Persis Solo, APPI langsung membawa ke National Dispute Resolution Chamber (NDRC).

“APPI mengirimkan gugatan 7 Pesepakbola dari total 18 Pesepakbola terhadap klub Persis Solo melalui NDRC Indonesia, atas tunggakan gaji klub yang belum dibayarkan kepada mereka dengan total tunggakan keseluruhan sejumlah 2.332.900.000 (Dua Milyar Tiga Ratus Tiga Puluh Dua Juta Sembilan Ratus Ribu Rupiah),” kata APPI Executive Committee Riyandi Ramadhana seperti dikutip bakabar.com dari detikSport, Jumat (13/8) malam.

“APPI hanya dapat mengajukan 7 gugatan karena hanya 7 itulah yang punya salinan kontrak. 11 pemain lainnya tak dapat salinan dari klub sehingga tak bisa mengajukan gugatan ke NDRC Indonesia,” sambungnya.

Jika tak dilunasi, Persis Solo berpotensi terkena sanksi larangan mendaftarkan pemain selama 3 periode. Otomatis Persis tak akan bisa mengikuti kompetisi Liga 2 2021.

Tunggakan Persis Solo ini terjadi pada tahun 2020. Itu berarti sebelum Persis diambil alih oleh Kaesang Pangarep yang kini menjadi Direktur Utama PT Persis Solo Saestu (PSS).

Tetapi APPI tak memandang pergantian kepemilikan. Siapapun pemilik klub, kewajiban melunasi hutang tetap melekat ke klub.

“Siapapun pengelola yang baru atau manajemen baru, saat takeover atau ambil alih, maka harus tanggung jawab terhadap situasi klub itu, termasuk utang piutangnya. Jadi tak bisa misalkan ada masalah lama terhadap klub itu, yang baru lepas tangan berdalih itu tanggung jawab yang lama,” kata Legal APPI, Jannes H. Silitonga.

“Itu harus dibuktikan pada saat takeover dari yang lama ke baru. Maka pengelola yang baru harus tanggung jawab, siapapun klubnya, kebetulan yang ajukan dari Persis Solo. Makanya kami sampaikan, karena kami dengar dari pemain, pengelola yang baru sampaikan, itu tanggung jawab yang lama katanya. Makanya kami sampaikan saat takeover ada audit, maka saat audit itu pengelola yang baru harus tahu, termasuk ada utang piutang,” ucapnya.

Selain penunggakan itu, Persis juga bermasalah karena tak memberikan salinan kontrak ke 11 pemainnya.

Mereka yang tak punya salinan kontrak itu pun masalah penunggakannya tak bisa diproses APPI ke NDRC Indonesia.

APPI tetap akan berupaya untuk membantu 11 pemain lainnya yang juga tertunggak gajinya.

Akan dicari jalan keluarnya agar klub tak lepas dari tanggung jawab.

“Meskipun tak punya kontrak, ini memang menghambat ke NDRC. Lalu apakah terhadap 11 pemain ini menutup mereka menuntut haknya? Tentu tidak, kami sebagai perwakilan pemain akan berjuang maksimal,” tutur Janes.

“Jika 1 pintu tertutup, pasti akan ada pintu lain yang bisa dibuka. Kami tak akan berhenti, itu pasti akan lakukan untuk membantu menuntut haknya,” tutupnya.



Komentar
Banner
Banner