Hot Borneo

Fakta Baru! Lansia Gantung Diri di Tapin Ternyata Miliki Penyakit Susah Kencing

Satreskrim Polres Tapin mengungkap fakta baru kejadian lansia berinisial DA (68) warga Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin yang nekat mengakhiri hidupnya

Featured-Image
Personil Polres Tapin saat evakuasi korban gantung diri di Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin. Foto: Humas Polres Tapin

bakabar.com, RANTAU - Satreskrim Polres Tapin mengungkap fakta baru kejadian lansia berinisial DA (68) warga Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin yang nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, Sabtu (26/11).

Sebelumnya, warga Desa Kambang Habang Baru, Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin digegerkan dengan aksi gantung diri yang dilakukan DA (68).

Kasat Reskrim Polres Tapin, AKP Haris Wicaksono mengatakan bahwa DA (68) ditemukan dalam keadaan tak bernyawa oleh istrinya usai pulang dari pasar untuk berbelanja sayur sekitar jam 11.00 Wita.

Dari pengakuan sang istri, bahwa sebelum kejadian, istri korban disuruh oleh korban untuk membeli sayur. Kurang lebih setengah jam setelah pulang beli sayur, istri korban masuk ke dalam rumah dan mendapati korban telah tewas tergantung dengan tali jemuran melilit di lehernya.

"Melihat suaminya dalam posisi tergantung, istri korban lalu memanggil seorang saksi yang merupakan keponakan korban untuk menyaksikan kejadian itu. Saat itu korban masih dalam keadaan tergantung," ujarnya.

Mendengarkan laporan masyarakat, pihak kepolisian langsung menindaklanjuti melakukan olah TKP kemudian korban diturunkan.

"Sudah kita tangani dan identifikasi bersama anggota Polsek Salam Babaris dan Babinsa Desa Kambang Habang Baru di lapangan. Sudah dievakuasi ke Puskesmas Salam Babaris," jelasnya.

AKP Haris menjelaskan korban merupakan seorang petani yang hanya tinggal berdua bersama istrinya di rumah tepatnya Desa Kambang Habang Baru, Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin.

Dari informasi pihaknya dapat bahwa korban sebelum meninggal mengeluh, karena korban menderita penyakit. 

"Korban menderita penyakit susah buang air kecil dan harus menggunakan alat bantu berupa selang keteter. Untuk korban tidak kita lakukan visum atas permintaan pihak keluarga," tutupnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner