bakabar.com, JAKARTA - Elektabilitas bakal calon presiden (bacapres), Anies Baswedan dinilai anjlok usai menetapkan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres 2024.
"Kami membaca berita yang banyak hari-hari ini bahwa elektabilitas Anies Baswedan justru menurun setelah ia deklarasi pasangan capres-cawapres pertama dengan Muhaimin Iskandar," kata Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Selasa (3/10).
Baca Juga: Anies-Imin Klaim Telah Lengkapi Syarat Daftar Pilpres 2024
Semula Anies-Imin telah dideklarasikan sebagai capres-cawapres untuk berlaga di Pilpres 2024.
Merujuk hasil survei LSI Denny JA di bulan September 2023, bakal capres usungan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto masih unggul sementara di angka 39,8 persen, diikuti oleh bakal capres Ganjar Pranowo yang meraih sekitar 37,9 persen.
Kemudian, elektabilitas Anies hanya berkisar di angka 14,5 persen. Menurut Denny, dukungan kepada Anies masih jauh dibandingkan Ganjar dan Prabowo.
"Selisihnya lebih dari 20 persen," tambahnya.
Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Prabowo Bakal Kalahkan Anies dan Ganjar di Jabar
Tidak hanya itu, perbandingan dukungan kepada Anies Baswedan di bulan September dan Agustus juga menurun.
"Bulan Agustus, deklarasi (Anies) bersama Muhaimin belumlah dinyatakan. Deklarasi pasangan ini terjadi pada tanggal 2 September 2023," jelasnya.
Sebelum Deklarasi Amin, lanjut Denny, dukungan kepada Anies mencapai 19,7 persen. Namun, setelah deklarasi tersebut, dukungannya justru menurun sebanyak 5 persen menjadi 14,5 persen.
Denny menilai penurunan elektabilitas Anies disebabkan oleh dampak dari Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memilih mencabut dukungannya bagi Anies karena memilih Muhaimin sebagai pendampingnya.
Baca Juga: Anies-Imin Klaim Bakal Kantongi Suara Tinggi di Tapal Kuda Jatim
Kritik SBY kepada Anies itu beredar cukup masif dan berdampak pada turunnya elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu. SBY mempertanyakan jika saat memilih bakal calon pendamping saja Anies tidak amanah, maka bagaimana nanti ketika dia terpilih sebagai pemimpin Indonesia.
"Itu kemarahan yang datang dari hati oleh presiden dua periode, yang pernah menjadi bintang di zamannya, dengan menang pilpres satu putaran saja, dengan dukungan tertinggi dalam sejarah pilpres langsung," jelas Denny.
Sementara itu, lanjut Denny, elektabilitas bakal capres dapat dilihat dari tiga fondasi. Pertama ialah rekam jejak kinerjanya di masa lalu. Kedua yaitu aneka program utama yang akan diberikan kepada rakyat. Ketiga adalah kepribadian.
Baca Juga: Anies-Imin Klaim Bakal Daftar Nyapres pada Hari Pertama di KPU
"Jika kepribadian yang diserang seperti sekarang ini, Anies dianggap tidak amanah, apalagi yang menyerang adalah tokoh berpengaruh, disiarkan sangat masif pula; maka itu besar efeknya," tambahnya.
Namun demikian, menurut Denny, Anies masih memiliki potensi menjadi kuda hitam untuk menyusul di tikungan terakhir. Hal itu juga terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017 di mana Anies justru menang.
"Ia (Anies) masih berpotensi menjadi kuda hitam juga kali ini, tapi tentu saja medan perangnya lebih sulit. Indonesia, dari Aceh hingga Papua, jauh lebih luas dan lebih kompleks dibandingkan DKI Jakarta. Sekaligus juga ini menjadi peringatan bagi Prabowo dan Ganjar agar mereka tidak membuat blunder. Ini agar posisi mereka tak lagi terkejar," ujar Denny.