Perdagangan Emas

Ekspektasi Pelambatan Kenaikan Suku Bunga Dorong Lonjakan Harga Emas

Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi).

Featured-Image
Harga emas naik tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi), memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut didorong ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve.

Emas terus menguat selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang surut, mendorong imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar lebih rendah di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan jauh lebih tidak agresif dengan kenaikan suku bunga tahun ini dibandingkan tahun 2022.

Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA mengatakan, emas turut andir dalam menyelesaikan pengetatan moneter, jauh sebelum akhir tahun ini.

"Harga emas naik karena Wall Street semakin yakin bahwa Fed hampir selesai menaikkan suku bunga," kata Ed Moya.

Dia menambahkan, "Emas tanpa bunga menyukai penurunan imbal hasil obligasi dan itu dapat berlanjut ketika pendapatan datang lebih lemah dari perkiraan."

Jika emas ditutup dengan nyaman di atas level 1.900 dolar AS, itu bisa menjadi sinyal yang sangat bullish untuk sisa bulan ini. Moya memperkirakan "resistensi kuat di wilayah 1.950 dolar AS" untuk logam kuning.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 22,90 dolar AS atau 1,21 persen menjadi ditutup pada 1.921,70 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai puncak sesi di 1.925,30 dolar AS dan terendah1.895,10 dolar AS.

Emas berjangka ditutup di atas 1.900 dolar AS pada Jumat (13/1) untuk pertama kalinya sejak akhir April, dan mengakhiri pekan ini dengan 2,8 persen lebih tinggi.

Emas berjangka terangkat 19,90 dolar AS atau 1,06 persen menjadi 1.898,80 dolar AS pada Kamis (12/1), setelah terkerek 2,40 dolar AS atau 0,13 persen menjadi 1.878,90 dolar AS pada Rabu (11/1), dan merosot 1,30 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.876,50 dolar AS pada Selasa (10/1).

Data indeks harga konsumen Desember yang dirilis Kamis (12/1) mengkonfirmasi bahwa inflasi AS berada di jalur menurun. Tetapi karena masih jauh untuk mencapai target inflasi Federal Reserve 2,0 persen, pasar memperkirakan bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga acuan, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat.

"Kemungkinan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada 1 Februarim" tutup Moya.

Editor


Komentar
Banner
Banner