bakabar.com, BANJARMASIN – Bank Indonesia mencatat ekonomi Kalimantan Selatan alami perbaikan kontraksi pada triwulan IV 2020.
Meminjam data BPS Kalimantan Selatan kontraksi tercatat 2,94 persen yoy, dibandingkan dengan Triwulan III 2020 yang kontraksi sebesar 4,94% (yoy).
“Keyakinan terhadap perbaikan perekonomian sejalan dengan kenaikan harga-harga komoditas utama Kalimantan Selatan seperti batubara dan CPO serta peningkatan permintaan dari negara mitra,” tulis dalam rilis remi BI Kalsel, Selasa (9/02) malam.
BI menyebut, optimisme pemulihan ekonomi tersebut didukung oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui perumusan berbagai strategi dalam rangka peningkatan serapan belanja daerah (APBD) seperti prioritas pencairan anggaran pada kegiatan-kegiatan yang berdampak luas pada masyarakat/padat karya, melakukan percepatan pengadaan barang dan jasa secara transparan, akuntabel, serta optimalisasi pemanfaatan aset daerah dan optimalisasi anggaran kontraktual pada kegiatan prioritas termasuk pemantauan progress penyelesaiannya.
Kemudian terkait stimulus fiskal (program PEN), perangkat daerah terus mendorong percepatan dan perluasan serapan agar penyaluran berjalan lancar dan tepat sasaran.
Di samping itu, optimalisasi transaksi ekonomi dan keuangan digital yang tumbuh positif sejalan dengan preferensi dan akseptasi masyarakat dalam penggunaan platform dan instrumen digital di era Adaptasi Kebiasaan Baru, perlu terus didorong.
Jumlah merchant yang terhubung dengan QRIS di Kalimantan Selatan terus meningkat dari 58.238 merchant pada bulan Desember 2020 meningkat 6,13% menjadi 61.809 merchant pada bulan Januari 2021.
Transaksi e-commerce pada Desember 2020 juga mengalami kenaikan baik secara nominal maupun volume masing-masing sebesar 21,85% dan 23,64%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang meningkat sebesar 5,48% dan 9,68%.
“Inflasi Kalimantan Selatan pada Januari 2021 tercatat sebesar 1,20% (yoy). Berdasarkan data BPS, secara tahunan, inflasi Kalimantan Selatan tersebut lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,68% (yoy),” tulisnya.
Secara bulanan, pada Januari 2021 Kalimantan Selatan mengalami deflasi sebesar 0,17% (mtm), berbeda arah dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,79% (mtm).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh deflasi pada komoditas angkutan udara, sejalan dengan normalisasi permintaan pasca HBKN Natal dan tahun baru. Pada bulan Februari 2021, Kalimantan Selatan diprakirakan akan mengalami inflasi sejalan dengan tarif angkutan udara yang mulai stabil dibanding bulan sebelumnya.
Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga inflasi di kisaran sasarannya 3,0±1% pada 2021.