Ekonomi Indonesia 2023

Ekonomi Indonesia 2023, Ekonom Mandiri: Prediksi Tumbuh 5,04 Persen

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman perkirakan perekonomian Indonesia tumbuh 5,04 persen di 2023 atau tetap resilien di tengah pelemahan ekonomi.

Featured-Image
Suasana gedung-gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (31/3/2023). Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) Faisal Rachman memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,04 persen secara tahunan di 2023 atau tetap resilien di tengah pelemahan ekonomi global.

Sebelumnya, kata Faisal, Dana Moneter Dunia (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan PDB riil global akan tumbuh sebesar 2,8 persen di 2023 dan 3,0 persen di 2024, atau turun tajam dari 3,4 persen pada 2022 karena kebijakan moneter global yang lebih ketat.

Perkiraan 2023 dan 2024 diturunkan sebesar 0,1 poin persen dari perkiraan yang dikeluarkan pada Januari, sebagian karena kinerja yang lebih lemah di beberapa negara besar serta ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut untuk melawan inflasi yang terus-menerus.

Dengan koreksi melemah ekonomi dunia tersebut, Faisal memperkirakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik.

Baca Juga: Indonesia 2023, Sri Mulyani: Relatif Mampu Jaga Stabilitas Ekonomi

"Kegiatan ekspor terlihat melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global, terutama di AS dan Eropa, tetapi pembukaan kembali ekonomi China dapat mendukung permintaan eksternal sampai taraf tertentu," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta (13/4).

Ekspor juga diperkirakan akan melemah karena penurunan harga komoditas secara bertahap. Namun demikian, di dalam negeri, konsumsi rumah tangga Indonesia akan ditopang oleh inflasi yang menurun berkat keberhasilan pemerintah menjaga pasokan dan harga pangan.

"Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun 2022 juga meningkatkan mobilitas dan permintaan masyarakat," katanya pula.

Pengeluaran pemerintah yang mengalami kontraksi di tahun 2022 di tengah penurunan pengeluaran untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional karena COVID-19 diperkirakan akan kembali tumbuh di 2023.

Baca Juga: Rebound, IMF Proyeksikan China Tumbuh 5,2 Persen Tahun Ini

Konsolidasi fiskal atau kembalinya defisit fiskal menjadi di bawah 3 persen dari PDB lebih cepat dari yang direncanakan memberikan ruang bagi pemerintah untuk kembali ke kebijakan pro-pertumbuhan, termasuk persiapan Pemilu 2024.

Sumber pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, juga akan bergeser dari investasi terkait komoditas menjadi investasi untuk infrastruktur.

"Hal ini ditopang oleh peningkatan anggaran infrastruktur dalam APBN 2023, kelanjutan Proyek Strategis Nasional, proyek hilirisasi, dan pembangunan ibu kota negara (IKN) baru," tutupnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner